im exactly know... what im supose to be.....

Search This Blog

March 14, 2012

Asuhan Keperawatan pada klien Leukemia


1.           Pengertian
Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk
darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175). Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal.(Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002 : 248 ).
Leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang
dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain.
(Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495).
Berdasarkan dari beberapa pengetian diatas maka penulis berpendapat bahwa leukimia
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi abnormal dari sel-sel leukosit
yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.

2.           Etiologi
            Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
a.       Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (Tcell Leukemia – Lhymphoma Virus/ HLTV).
b.      Radiasi.
c.       Obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik seperti diethylstilbestrol.
d.      Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot.
e.       Kelainan kromosom, misalnya pada down sindrom. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001 : hal. 177).
Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma Down dan sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.

3.           Gambaran klinik
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut :
a)                  Pilek tidak sembuh-sembuh.
b)                  Pucat, lesu, mudah terstimulasi.
c)                  Demam dan anorexia.
d)                 Berat badan menurun.
e)                  Petechiae,  memar tanpa sebab.
f)                   Nyeri pada tulang dan persendian.
g)                  Nyeri abdomen.
h)                  Lumphedenopathy.
i)                    Hepatosplenomegaly.
j)                    Abnormal WBC.
           (Suriadi & Rita Yuliani, 2001 : hal. 177)

4.           Insiden
ALL (Acute Lymphoid Leukemia) adalah insiden paling tinggi terjadi pada anak-anak yang berusia antara 3 dan 5 tahun. Anak perempuan menunjukkan prognosis yang lebih baik daripada anak laki-laki. Anak kulit hitam mempunyai frekuensi remisi yang lebih sedikit dan angka kelangsungan hidup (survival rate) rata-rata yang juga lebih rendah.
ANLL (Acute Nonlymphoid Leukemia) mencakup 15% sampai 25% kasus leukemia pada anak. Resiko terkena penyakit ini meningkat pada anak yang mempunyai kelainan kromosom bawaan seperti Sindrom Down. Lebih sulit dari ALL dalam hal menginduksi remisi (angka remisi 70%). Remisinya lebih singkat pada anak-anak dengan ALL. Lima puluh persen anak yang mengalami pencangkokan sumsum tulang memiliki remisi berkepanjangan. (Betz, Cecily L. 2002. hal : 300).

5.           Patofisiologi
Ø Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast.
Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan
menimbulkan anemia dan trombositipenia.
Ø Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem
pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.
Ø Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ,
sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang
yang akan berdampak pada penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan
peningkatan tekanan jaringan.
Ø Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe,
nodus limfe, dan nyeri persendian.
(Suriadi, & Yuliani R, 2001: hal. 175)

6.           Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik
a.       Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari
10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit
lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur.
b.      Pungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat.
c.       Foto toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum.
d.      Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat diagnosis.
e.       Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang.
f.       Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik.
g.      Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan.
(Betz, Cecily L. 2002. hal : 301-302).

7.           Penatalaksanaan Medis
Protokol pengobatan bervariasi sesuai jenis leukemia dan jenis obat yang diberikan pada anak. Proses induksi remisi pada anak terdiri dari tiga fase : induksi, konsolidasi, dan rumatan. Selama fase induksi (kira-kira 3 sampai 6 minggu) anak menerima berbagai agens kemoterapeutik untuk menimbulkan remisi. Periode intensif diperpanjang 2 sampai 3 minggu selama fase konsolidasi untuk memberantas keterlibatan sistem saraf pusat dan organ vital lain. Terapi rumatan diberikan selama beberapa tahun setelah diagnosis untuk memperpanjang remisi. Beberapa obat yang dipakai untuk leukemia anak-anak adalah prednison (antiinflamasi), vinkristin (antineoplastik), asparaginase (menurunkan kadar asparagin (asam amino untuk pertumbuhan tumor), metotreksat (antimetabolit), merkaptopurin, sitarabin (menginduksi remisi pada pasien dengan leukemia granulositik akut), alopurinol, siklofosfamid (antitumor kuat), dan daunorubisin (menghambat
pembelahan sel selama pengobatan leukemia akut). 
(Betz, Cecily L. 2002. : 302).

Konsep Keperawatan pada Klien Leukimia

Menurut American Nursing Association (ANA) proses keperawatan adalah suatu metode
yang sistematis yang diberikan kepada individu, keluarga dan masyarakat dengan berfokus pada respon unik dari individu, keluarga, dan masyarakat terhadap masalah kesehatan yang potensial maupun aktual. ( Marilynn E. Doengoes, dkk .2000 : 6 ). Di dalam memberikan asuhan keperawatan terdiri dari beberapa tahap atau langkah-langkah proses keperawatan yaitu ; pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

1.     Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat
dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan.(Budi Anna Keliat, 1994)

Pengkajian pada leukemia meliputi :
1)                  Riwayat penyakit.
2)                  Kaji adanya tanda-tanda anemia :
a.       Pucat
b.      Kelemahan
c.       Sesak
d.      Nafas cepat
3)                  Kaji adanya tanda-tanda leukopenia :
a.       Demam
b.      Infeksi
4)                  Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia :
a.       Ptechiae
b.      Purpura
c.       Perdarahan membran mukosa
5)                  Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola :
a.       Limfadenopati
b.      Hepatomegali
c.       Splenomegali
6)                  Kaji adanya pembesaran testis.
7)                  Kaji adanya :
a.       Hematuria
b.      Hipertensi
c.       Gagal ginjal
d.      Inflamasi disekitar rectal
e.       Nyeri
(Suriadi,R dan Rita Yuliani,2001 : 178)

2.     Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing
Diagnosis Association (NANDA) adalah “ suatu penilaian klinis tentang respon individu,keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan diamana perawat bertanggung gugat “(Wong,D.L, 2004 :331).

Menurut Wong, D.L (2004 :596 – 610) , diagnosa pada anak dengan leukemia adalah :
a.       Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh.
b.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia.
c.       Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit.
d.      Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.
e.       Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping
agen kemoterapi.
f.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,
malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis.
g.      Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia.
h.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,
radioterapi, imobilitas.
i.        Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan.
j.        Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
leukemia.
k.      Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.

3.     Rencana keperawatan
Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi untuk mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Berdasarkan diagnosa yang ada maka dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut
(Wong,D.L,2004) :
1)      Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh.
Kriteria hasil : Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi.
Intervensi :
a.       Pantau suhu dengan teliti. Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi. Tempatkan anak dalam ruangan khusus. Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi.
b.      Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci tangan dengan baik. Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif.
c.       Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasif
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi.
d.      Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat
penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi. Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi.
e.       Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme.
f.       Berikan periode istirahat tanpa gangguan. Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler.
g.      Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia. Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh.
h.      Berikan antibiotik sesuai ketentuan. Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus.
                                                             
2)      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia.
Kriteria hasil : terjadi peningkatan toleransi aktifitas.
Intervensi :
a.       Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari. Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan.
b.      Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan. Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan
jaringan.
c.       Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan. Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi.
d.      Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri.
3)      Resiko terhadap cedera/perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit.
Kriteria hasil : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
Intervensi :
a.       Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah ekimosis. Rasional : karena perdarahan memperberat kondisi anak dengan adanya anemia.Cegah ulserasi oral dan rektal. Rasional : karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah.
b.      Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi. Rasional : untuk mencegah perdarahan.
c.       Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut. Rasional : untuk mencegah perdarahan.
d.      Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi cepat, dan pucat). Rasional : untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan.
e.       Hindari obat-obat yang mengandung aspirin. Rasional : karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit.
f.       Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan hidung.
Rasional : untuk mencegah perdarahan.

4)      Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.
Kriteria hasil :
Ø    Tidak terjadi kekurangan volume cairan.
Ø    Pasien tidak mengalami mual dan muntah.
Intervensi :
a.       Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi. Rasional : untuk mencegah mual dan muntah.
b.      Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi. Rasional : untuk mencegah episode berulang.
c.       Kaji respon anak terhadap anti emetic. Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil.
d.      Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat.
Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah.
e.       Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering. Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik.
f.       Berikan cairan intravena sesuai ketentuan. Rasional : untuk mempertahankan hidrasi.

5)      Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping
agen kemoterapi.
Kriteria hasil : pasien tidak mengalami mukositis oral.
Intervensi :
a.       Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral. Rasional : untuk mendapatkan tindakan yang segera.
b.      Hindari mengukur suhu oral. Rasional : untuk mencegah trauma.
c.       Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang dibalut kasa. Rasional : untuk menghindari trauma.
d.      Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan bikarbonat. Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan.
e.       Gunakan pelembab bibir. Rasional : untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura).
f.       Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil
Rasional : karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah yang
mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat menyebabkan kejang.
g.      Berikan diet cair, lembut dan lunak. Rasional : agar makanan yang masuk dapat ditoleransi anak.
h.      Inspeksi mulut setiap hari. Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi.
i.        Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan.
Rasional : untuk membantu melewati area nyeri.
j.        Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia.
Rasional : dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi,
memperlambat penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa.
k.      Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan. Rasional : untuk mencegah atau mengatasi mukositis.
l.        Berikan analgetik. Rasional : untuk mengendalikan nyeri.

6)      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis.
Kriteria Hasil : pasien mendapat nutrisi yang adekuat.
Intervensi :
a.       Dorong orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan.
Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari mual dan muntah serta kemoterapi.
b.      Izinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat. Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal.
c.       Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen yang dijual bebas. Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi.
d.      Izinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan.
Rasional : untuk mendorong agar anak mau makan.
e.       Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering.
Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik.
f.       Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient.
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk
menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam
mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat.
g.      Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep. Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila
BB dan pengukuran antropometri kurang dari normal.
                                                                                                                   
7)      Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia.
Kriteria hasil : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak.

Intervensi :
a.       Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5. Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau
keefektifan intervensi.
b.      Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat akses vena. Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman.
c.       Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat.
d.      Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat. Rasional : sebagai analgetik tambahan.
e.       Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur. Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri.

8)      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,
radioterapi, imobilitas.
Kriteria hasil : pasien mempertahankan integritas kulit.
Intervensi :
a.       Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal. Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi.
b.      Ubah posisi dengan sering. Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit.
c.       Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan. Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit.
d.      Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker. Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area
radiasi pada beberapa agen kemoterapi.
e.       Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering. Rasional: membantu mencegah friksi atau trauma kulit.
f.       Dorong masukan kalori protein yang adekuat. Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negative.
g.      Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi. Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan.

9)      Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan.

Kriteria hasil : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif.
Intervensi :
a.       Dorong anak untuk memilih wig (anak perempuan) yang serupa gaya dan warna rambut anak sebelum rambut mulai rontok. Rasional : untuk membantu mengembangkan penyesuaian rambut terhadap kerontokan rambut.
b.      Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar matahari, angin atau dingin. Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut.
c.       Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan halus. Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial.
d.      Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin warna atau teksturnya agak berbeda. Rasional : untuk menyiapkan anak dan keluarga terhadap perubahan penampilan rambut baru.
e.       Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin, misalnya wig, skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik. Rasional : untuk meningkatkan penampilan.

10)  Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita leukemia.
Kriteria hasil : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostic atau terapi.
Intervensi :
a.       Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pda anak. Rasional : untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu.
b.      Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff. Rasional: untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan.
c.       Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu anak menjalani kehidupan yang normal. Rasional : untuk meningkatkan perkembangan anak yang optimal.
d.      Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan anak
sebelum diagnosa dan prospek anak untuk bertahan hidup.
Rasional : memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut secara
realistis.
e.       Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu anak tentang hasil
tindakan dan kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi tambahan.
Rasional : untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur.
f.       Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
Rasional : untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga.

11)  Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.
Kriteria hasil : pasien atau keluarga menerima dan mengatasi kemungkinan kematian anak.
Intervensi :
a.       Kaji tahapan berduka terhadap anak dan keluarga. Rasional : pengetahuan tentang proses berduka memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap apa yang dialami dan dapat membantu pasien dan keluarga lebih efektif menghadapi kondisinya.
b.      Berikan kontak yang konsisten pada keluarga. Rasional : untuk menetapkan hubungan saling percaya yang mendorong komunikasi.
c.       Bantu keluarga merencanakan perawatan anak, terutama pada tahap terminal. Rasional : untuk meyakinkan bahwa harapan mereka diimplementasikan.
d.      Fasilitasi anak untuk mengespresikan perasaannya melalui bermain
Rasional : memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap apa yang dialami.


4.     Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah ditentukan dapat tercapai (Wong. D.L.2004:hal.331).

5.     Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Wong. D.L, (2004 hal 596-610) hasil yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah :
1)      Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
2)      Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan
peningkatan toleransi aktifitas.
3)      Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
4)      Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah.
5)      Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman.
6)      Masukan nutrisi adekuat.
7)      Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-bukti
ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
8)      Kulit tetap bersih dan utuh.
9)      Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, anak
membantu menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan
menerapkan metode ini dan anak tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.
10)  Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga menunjukkan
pengetahuan tentang penyakit anak dan tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama anak.
11)  Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan anak
mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap
terminal, pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat.

Sumber:
Ø  Sunar Trenggana, Dr. Leukemia ; Penuntun bagi orang tua Bagian Ilmu Kesehatan
Anak, FK UNHAS/SMF Anak RS DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Ø  Susan Martin Tucker, Mary M. Canabbio, Eleanor Yang Paquette, Majorie Fife Wells,
1998, Standar Perawatan Pasien, volume 4, EGC.
Ø  Abdoerrachman MH, dkk, 1998, Ilmu Kesehatan Anak, Buku I, penerbit Fakultas
Kedokteran UI, Jakarta.
Ø  Anna Budi Keliat, SKp, MSc., 1994, Proses Keperawatan, EGC.
Ø  Marilynn E. Doenges, Mary Prances Moorhouse, Alice C. Beissler, 1993, Rencana
Asuhan Keperawatan, EGC.
Ø  Rosa M Sacharin, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik, edisi 2, Jakarta.
Ø  Soeparman, Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta.

No comments:

Post a Comment