im exactly know... what im supose to be.....

Search This Blog

July 21, 2011

WORLD OF DANCE 2011 - "HYPE" 1st Place Winner

ASKEP (Asuhan Keperawatan) pada kehamilan dengan penyakit Struma Diffusa toxica dan hypertiroid

BAB I

§     LATAR BELAKANG
Dalam hal pembelajaran kita saat ini tentunya kita ingin mendapatkan banyak pengetahuan terutama dalam hal yang menyangkut bidang kita dalam kesehatan. Untuk itu dalam tugas ini kami membuat suatu pembahasan mengenai Penyakit Tiroid dan kami mengangkat ASKEP (Asuhan Keperawatan) pada  kehamilan dengan penyakit Struma Diffusa toxica dan hypertiroid. Tiroid merupakan kelenjar yang berbentuk cuping kembar dan di antara keduanya dapat daerah yang menggenting. Kelenjar ini terdapat di bawah jakun di depan trakea.
            Penyakit tiroid yang diangkat dalam pembahasan ini yaitu Struma Diffusa toxica merupakan  salahsatu jenis struma yang disebabkan oleh sekresi hormon-hormon thyroid yang terlalu banyak. Histologik keadaan ini adalah sebagai suatu hipertrofi dan hyperplasi dari parenchyn kelenjar.Sedangkan Hipertiroid pada kehamilan ( morbus basodowi ) adalah hiperfungsi kelenjar tiroid ditandai dengan naiknya metabolism basal15-20 %, kadang kala diserta pembesaran ringan kelenjar tiroid. Kiranya makala ini dapat menambah lagi pengetahuan kita baik dalam teori maupun dalam pembelajaran kita  bagaimana membuat Asuhan Keperawatan dengan baik.

§     TUJUAN PENULISAN
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makala ini:
1.      Dalam memenuhi tugas wajib terhadap dosen keperawatan maternitas khususnya pembuatan ASKEP pada kehamilan bermasalah dengan penyakit tiroid.
2.      Sebagai pembelajaran pembuatan Asuhan Keperawatan

§     MANFAAT
ü  Untuk mengetahui pengertian dari tiroid dan mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan kelenjar tiroid
ü  Untuk dapat memahami penjelasan mengenai penyakit tiroid
ü  Dapat mengetahui bagaimana pembuatan ASKEP baik tahap-tahap yang ada maupun hal-hal yang berhubungan. 

BAB II
TIROID
Tiroid merupakan kelenjar kecil, dengan diameter sekitar 5 cm dan terletak di leher, tepat dibawah jakun. Kedua bagian tiroid dihubungkan oleh ismus, sehingga bentuknya menyerupai huruf H atau dasi kupu-kupu.

Dalam keadaan normal, kelenjar tiroid tidak terlihat dan hampir tidak teraba, tetapi bila membesar, dokter dapat merabanya dengan mudah dan suatu benjolan bisa tampak dibawah atau di samping jakun.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroksin yang mempengaruhi metabolisme sel tubuh dan pengaturan suhu tubuh.
Tiroksin mengandung banyak iodium.
Kekurangan iodium dalam makanan dalam waktu panjang mengakibatkan pembesaran kelenjar gondok karena kelenjar ini harus bekerja keras untuk membentuk tiroksin. Kekurangan tiroksin menurunkan kecepatan metabolisme sehingga pertumbuhan lambat dan kecerdasan menurun.
Bila ini terjadi pada anak-anak mengakibatkan kretinisme, yaitu kelainan fisik dan mental yang menyebabkan anak tumbuh kerdil dan idiot. Kekurangan iodium yang masih ringan dapat diperbaiki dengan menambahkan garam iodium di dalam makanan.

Produksi tiroksin yang berlebihan menyebabkan penyakit eksoftalmik tiroid (Morbus Basedowi) dengan gejala sebagai berikut; kecepatan metabolisme meningkat, denyut nadi bertambah, gelisah, gugup, dan merasa demam. Gejala lain yang nampak adalah bola mata menonjol keluar (eksoftalmus) dan kelenjar tiroid membesar.







KELENJAR TIROID

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/8a/Thyroid.png/220px-Thyroid.png











Pengertian Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid adalah kelenjar endokrin yang paling besar dalam tubuh manusia dan merupakan satu-satunya kelenjar yang bisa langsung diperiksa pada pemeriksaan fisik.Kelenjar tiroid merupakan organ yang berbentuk seperti kupu-kupu dan terletak pada leher bagian bawah disebelah anterior trakea.
 Pemeriksaan fungsi tiroid atau kemungkinan disfungsi memerlukan pemeriksaan yang lebih dari sekedar observasi dan palpasi daerah lokasi kelenjar tiroid. Tingkat metabolik dan ritme, termasuk keteraturan menstruasi pada wanita usia subur, diatur oleh kelenjar tiroid . Efek aktivitas tiroid sangat luas. Oleh karena itu, observasi tingkah laku, penampilan, kulit, mata, rambut, dan status kardiovaskular merupakan hal yang penting. Beberapa temuan memerlukan perhatian lanjut (misalnya, pembesaran, konsistensi yang kasar dan berpasir,dan nodul).
Fungsi utama kelenjar tiroid adalah mempertahankan laju metabolisme yang sesuai. Kalsitonin yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid penting untuk metabolisme kalsium dan juga bekerja untuk mengurangi konsentrasi kalsium plasma darah. Hal ini mencegah terbentuknya osteoklas-osteoklas baru (Martinelli & Fontana, 1990). Ketidakseimbangan dapat menyebabkan tulang-tulang melemah.


Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid, yang mengendalikan kecepatan metabolisme tubuh.
Hormon tiroid mempengaruhi kecepatan metabolisme tubuh melalui 2 cara:

1. Merangsang hampir setiap jaringan tubuh untuk menghasilkan protein
2. Meningkatkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel.

Jika sel-sel bekerja lebih keras, maka organ tubuh akan bekerja lebih cepat.

Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan yodium, yaitu suatu eleman yang terdapat di dalam makanan dan air.

Kelenjar tiroid menangkap yodium dan mengolahnya menjadi hormon tiroid.
Setelah hormon tiroid digunakan, beberapa yodium di dalam hormon kembali ke kelenjar tiroid dan didaur-ulang untuk kembali menghasilkan hormon tiroid.

Tubuh memiliki mekanisme yang runit untuk menyesuaikan kadar hormon tiroid.
Hipotalamus (terletak tepat di atas kelenjar hipofisa di otak) menghasilkan thyrotropin-releasing hormone, yang menyebabkan kelenjar hipofisa mengeluarkan thyroid-stimulating hormone (TSH).

Sesuai dengan namanya, TSH ini merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid.
Jika jumlah hormon tiroid dalam darah mencapai kadar tertentu, maka kelenjar hipofisa menghasilkan TSH dalam jumlah yang lebih sedikit; jika kadar hormon tiroid dalam darah berkurang, maka kelenjar hipofisa mengeluarkan lebih banyak TSH. Hal ini disebut mekanisme umpan balik.


Hormon tiroid terdapat dalam 2 bentuk:

1. Tiroksin (T4), merupakan bentuk yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid, hanya memiliki efek yang ringan terhadap kecepatan metabolisme tubuh.

2. Tiroksin dirubah di dalam hati dan organ lainnya ke dalam bentuk aktif, yaitu tri-iodo-tironin (T3).
Perubahan ini menghasilkan sekitar 80% bentuk hormon aktif, sedangkan 20% sisanya dihasilkan oleh kelenjar tiroid sendiri.

Perubahan dari T4 menjadi T3 di dalam hati dan organ lainnya, dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya kebutuhan tubuh dari waktu ke waktu.

Sebagian besar T4 dan T3 terikat erat pada protein tertentu di dalam darah dan hanya aktif jika tidak terikat pada protein ini. Dengan cara ini, tubuh mempertahankan jumlah hormon tiroid yang sesuai dengan kebutuhan agar kecepatan metabolisme tetap stabil.

Agar kelenjar tiroid berfungsi secara normal, maka berbagai faktor harus bekerjasama secara benar:
- hipotalamus
- kelenjar hipofisa
- hormon tiroid (ikatannya dengan protein dalam darah dan perubahan T4 menjadi T3 di dalam hati serta organ lainnya).

GEJALA

Gejala-gejala penyakit tiroid

DIAGNOSA

Untuk mengetahui fungsi kelenjar tiroid, bisa dilakukan beberapa pemeriksaan laboratorium.
Salah satu pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah pengukuran kadar TSH di dalam darah. Hormon ini merangsang kelenjar tiroid, karena itu jika kelenjar tiroid kurang aktif maka kadar hormon ini tinggi; sedangkan jika kelenjar tiroid terlalu aktif , maka kadar hormon ini rendah.

Biasanya pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah pengukuran kadar TSH dan kadar T4 yang bebas dalam darah.

Tetapi bisa juga dilakukan pengukuran kadar protein globulin pengikat tiroksin, karena kadar protein yang abnormal bisa menimbulkan kesalahpahaman dalam menilai kadar hormon tiroid total.

Penderita penyakit ginjal, beberapa penyakit keturunan atau pemakaian steroid anabolik memiliki kadar globulin pengikat tiroksin yang rendah. Sebaliknya, wanita hamil, pemakai pil KB atau estrogen lainnya, penderita hepatitis stadium awal dan beberapa penyakit lainnya, memiliki kadar globulin pengikat tiroksin yang tinggi.

Beberapa pemeriksaan bisa dilakukan pada kelenjar tiroid.
Jika diduga terdapat pertumbuhan di dalam kelenjar tiroid, dilakukan pemeriksaan USG, untuk menentukan apakah pertumbuhan ini berupa cairan atau padat.
Skening kelenjar tiroid dengan yodium radioaktif atau teknetium, bisa menunjukkan kelainan fisik pada kelenjar tiroid. Skening tiroid juga bisa membantu menentukan apakah fungsi dari suatu daerah tiroid bersifat normal, terlalu aktif atau kurang aktif.

Jika masih belum yakin apakah kelainannya terletak pada kelenjar tiroid atau kelenjar hipofisa, maka dilakukan pemeriksaan perangsangan fungsional.
Pada salah satu dari pemeriksaan ini dilakukan penyuntikan thyrotropin-releasing hormone intravena dan pemeriksaan darah untuk mengukur respon dari kelenjar hipofisa.


Kelenjar tiroid diperiksa dengan seksama. Pemeriksaan dasar yang khas biasanya dapat diselesaikan tanpa banyak kesukaran pada wanita yang sehat.
Pemeriksa perlu tetap waspada terhadap petunjuk pada wanita, yang mengarahkan pengkajian selanjutnya dan mengindikasikan respons cepat yang tidak menguntungkan, misalnya hipotensi supine.

Sistem Endokrin

Perubahan besar pada sistem endokrin yang esensial terjadi untuk mempertahankan kehamilan, pertumbuhan normal janin, dan pemulihan pascapartum (nifas).



Kelenjar  Tiroid Selama Masa Kehamilan

Selama masa hamil, pembesaran moderat kelenjar tiroid merupakan akibat hiperplasia jaringan glandular dan peningkatan vaskularitas. Konsumsi oksigen dan peningkatan BMR merupakan akibat aktivitas metabolik janin.
Kelenjar tiroid berkembang bersama struktur kepala dan leher selama minggu ketiga dan keempat. Sekresi tiroksin dimulai selama minggu ke-8. Tiroksin ibu tidak dengan mudah menembus plasenta. Akibatnya, janin yang tidak memproduksi hormon tiroid akan lahir menderita hipotiroidisme kongenital. Apabila kondisi ini tidak diobati,bayi akan mengalami retardasi mental berat. Semua neonatus diskrining melalui pemeriksaan darah setelah lahir untuk mengetahui apakah neonatus tersebut mengalami hipotiroidisme (Appendiks F).
Korteks adrenal dibentuk selama minggu keenam dan menghasilkan hormon pada minggu  ke-8 dan ke-9. Menjelang aterm, janin menghasilkan lebih banyak kortisol. Hal ini diduga membantu dimulainya persalinan dengan menurunkan progesteron ibu dan merangsang produksi prostaglandin.
Pankreas dibentuk dari usus depan selama minggu kelima sampai ke-8. Pulau Langerhans terbentuk selama minggu ke-12. Insulin dihasilkan pada minggu ke-20. Bayi dari ibu yang diabetesnya tidak terkontrol akan mengalami hiperglikemia akibat hiperglikemia ibu, yang selanjutnya akan merangsang hiperinsulinemia dan hiperplasia sel-sel pulau Langerhans. Kondisi ini akan menghasilkan janin berukuran besar. Hiperinsulinemia juga menghambat pematangan paru, sehingga neonatus berisiko mengalami distres pernapasan dan hipoglikemia saat sumber glukosa ibu hilang saat melahirkan. Pengaturan kadar glukosa ibu selama masa hamil mengurangi masalah pada bayi.  












BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
§     ASKEP STRUMA DIFFUSA TOXICA

ETIOLOGI
Hyperthyroid disebabkan oleh hyperskresi dari hormon-hormon thyroid tetapi yang mempengaruhiadalah faktor : umur, temperatur, iklim yang berubah, kehamilan, infeksi, kekurangan yodium dan lain-lain.

ANATOMI
Kelenjar thyroid terletak di depan trakhea dan di bawah laryng yang terdiri atas dua lobus yang terletak disebelah dan kiri trakhea dan diikat bersama oleh secarik jaringan disebuit istmus yang melintasi pada cincin tulang trakhea dua dan tiga.

Strktur thyroid terdiri atas sejumlah besar folikel dilapisi oleh cuboid epitelium membentuk ruang yang disebut koloid yaitu lumen substansi protein.
Regulasi sekresi hormon tyroid dipengaruhioleh sistim kerja balik antara kelenjar hipofisis atau pituitari lobus anterior dan kelenjarthyroid. Lobus anterior hipofisis mensekresi TSH yang berfungsi meningkatkan iodine, meningkatkan sintesis dan sekresi hormon thyroiid, meningkatkan ukuran kelenjar thyroid.

Apabila terjasi penurunanhormon thyroid, hipofisis anterior merangsang peningkatan sekresi TSH dan mempengaruhi kelenjar thyroid untuk meningkatkan sekresi hormon rthyroid.


a. Thyroxine (T4) berfungsi untuk mempertahankan metabolisme tubuh.
b. Tridothyronin (T3), berfungsi untuk mempercepat metabolisme tubuh.

Fungsi utama kelenjar thyroid adalah memproduksi hormon tiroxin yang berguna untuk mengontrol metabolisme sel. Dalam produksinya sangat erat hubungannya dengan proses sintesa tyroglobulin sedbagai matrik hormon, yodium dari luar, thyroid stimuliting hormon dari hip[ofise.

PATOFISIOLOGI
Dengan bertambahnya produksi TSH dari hipofisis ( gambar a), oleh karena banyak sekali T3 dan T4 beredar di dalam darah, maka hipofisis mengurangkan produksi TSH. Seharusnya hyperaktivitas dari thyroid berhenti akan tetapi di dalam sdarah telah terbentuk suatu zat yang disebut Long- acting Thyroid Stimulator (LATS) sebagai akibat dari suatu reaksi imunologik dan LATS ,ini merangsang thyroid untuk tetap memproduksi hormon yang banyak (gambar b).


PENGKAJIAN

Pengumpulan data
1. Anamnese
Dari anamnese diperoleh:
1) Identifikasi klien.
2) Keluhan utama klien.
Pada klien post operasi thyroidectomy keluhan yang dirasakan pada umumnya adalah nyeri akibat luka operasi.


3) Riwayat penyakit sekarang

Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang semakin membesar sehingga mengakibatkan terganggunyapernafasan karena penekanan trakhea eusofagus sehingga perlu dilakukan operasi.




4) Riwayat penyakit dahulu

Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit gondok, misalnya pernah menderita gondok lebih dari satu kali, tetangga atau penduduk sekitar berpenyakit gondok.


5) Riwayat kesehatan keluarga

Dimaksutkan barangkali ada anggota keluarga yang menderitan sama dengan klien saat ini.


6) Riwayat psikososial

Akibat dari bekas luka operasi akan meninggalkan bekas atau sikatrik sehingga ada kemungkinan klien merasa malu dengan orang lain.

PEMERIKSAAN FISIK

1) Keadaan umum

Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya composmentis dengan tanda-tanda vital yang meliputi tensi, nadi, pernafasan dan suhu yang berubah.


2) Kepala dan leher

Pada klien dengan post operasi thyroidectomy biasanya didapatkan adanya luka operasi yang sudah ditutup dengan kasa steril yang direkatkan dengan hypafik serta terpasang drain. Drain perlu diobservasi dalam dua sampai tiga hari.


3) Sistim pernafasan

Biasanya pernafasan lebih seak akibat dari penumpukan sekret efek dari anestesi, atau karena adanya darah dalam jalan nafas.


4) Sistim Neurologi

Pada pejmeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri ajkandipaspatkan ekspresi wajah yang tegang dan gelisah karena menahan sakit.


5) Sistim gastrointestinal

Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat peningkatan asam lambung akibat anestesi umum, dan pada akhirnya akan hilang sejalan dengan efek anestesi yang hilang.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Pemeriksaan penunjang
• Human thyrologlobulin( untuk keganasan thyroid)
• Kadar T3, T4
Nilai normal T3=0,6-2,0 , T4= 4,6-11
• Darah rutin
• Endo Crinologiie minimal tiga hari berturut turut (BMR) nilai normal antara –10s/d +15
• Kadar calsitoxin (hanya pada pebnderita tg dicurigai carsinoma meduler).


2) Pemeriksaan radiologis
• Dilakukan foto thorak posterior anterior
• Foto polos leher antero posterior dan laterl dengan metode soft tissu technig
• Esofagogram bila dicurigai adanya infiltrasi ke osofagus.


DIOAGNOSA KEPERAWATAN

Adapun diagnosa yang sering timbul pada penderita post operasi theroidectomy adalah

1) Gangguan jalan nafas yang berhubungan dengan obstruksi trakhea secunder terhadap perdarahan, sopasme laring yang ditandai dengan sesak nafas, pernafasan cuping hidung sampai dengan sianosis.
2) Ganggiuan komunilasi verbal sehubungan dengan nyeri, kerusakan nervus laringeal yang ditandai dengan klien sulit berbicara dan hilang suara.
3) Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan dampak pembedahan, udema otot, terputusnya jaringan syaraf, yang ditandai ekspresi wajah tampak tegang.
4) Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan salah interprestasi yang ditandai dengan sering bertanya tentang penyakitnya.
5) Potensial terjadinya perdarahan berhubungan dengan terputusnya pembulu darah sekunder terhadap pembedahan.



PERENCANAAN

Rencana tindakan yang dilakukan pada klien post operasi thyroidectomy meliputi :

Diagnosa pertama

1.Tujuan:Jalan nafas klien efektif
2. Kriteria:Tiadak ada sumbatan pada trakhea
3. Rencana tindakan:
1) Monitor pernafasan dan kedalaman dan kecepatan nafas.
2) Dengarkan suara nafas, barangkali ada ronchi.
3) Observasi kemungkinan adanya stridor, sianosis.
4) Atur posisi semifoler
5) Bantu klien dengan teknik nafas dan batuk efektif.
6) Melakukan suction pada trakhea dan mulut.
7) Perhatikan klien dalam hal menelan apakah ada kesulitan.
4. Rasional
1) Pengetahui perkembangan dari gangguan pernafasan.
2) Ronchi bisa sebagai indikasi adanya sumbatan jalan nafas.
3) Indikasi adanya sumbatan pada trakhea atau laring.
4) Memberikan suasana yang lebih nyaman.
5) Memudahkan pengeluaran sekret, memelihara bersihan jalan nafas.dan ventilsassi
6) Sekresi yang menumpuk mengurangi lancarnya jalan nafas.
7) Mungkin ada indikasi perdarahan sebagai efek samping opersi.

Diagnosa keperawatan kedua

1. Tujuan :
Klien dapat komunikasi secara verbal

2. Kriteria hasil:
Klien dapat mengungkapkan keluhan dengan kata-kata.

3. Rencana tindakan:

1) Kaji pembicaraan klien secara periodik
2) Lakukan komunikasi dengan singkat dengan jawaban ya/tidak.
3) Kunjungi klien sesering mungkin
4) Ciptakan lingkungan yang tenang.

RASIONALISASI:
1) Suara parau dan sakit pada tenggorokan merupakan faktor kedua dari odema jaringan / sebagai efek pembedahan.
2) Mengurangi respon bicara yang terlalu banyak.
3) Mengurangi kecemasan klien
4) Klien dapat mendengar dengan jelas komunikasi antara perawat dan klien.

Diagnosa keperawatan ketiga

1. Tujuan:
Rasa nyeri berkurang

2. Kriteria hasil:
Dapat menyatakan nyeri berkurang, tidak adanya perilaku uyg menunjukkan adanya nyeri.

3. Rencana tindakan
1) Atur posisi semi foler, ganjal kepala /leher dengan bantal kecil
2) Kaji respon verbal /non verbal lokasi, intensitas dan lamanya nyeri.
3) Intruksikan pada klien agar menggunakan tangan untuk menahan leher pada saat alih posisi .
4) Beri makanan /cairan yang halus seperti es krim.
5) Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.

4. Rasionalisasi
1) Mencegah ghyperekstensi leher dan melindungi integritas pada jahitan pada luka.
2) Mengevaluasi nyeri, menentukan rencana tindakan keefektifan terapi.
3) Mengirangi ketegangan otot.
4) Makanan yang halus lebih baik bagi klien yang menjalani kesulitan menelan.
5) Memutuskan transfusi SSP pada rasa nyeri.

Diagnosa keperawatan keempat

1. Tujuan:
Pengetahuan klien bertambah.

2. Kriteria hasil:
Klien berpsartisipasi dalam program keperawatan

3. Rencana tindakan:
1) Diskusikan tentang keseimbangan nutrisi.
2) Hindari makanan yang banyak mengandung zat goitrogenik misalnya makanan laut, kedelai, Lobak cina dll.
3) Konsumsikan makanan tinggi calsium dan vitamin D.

4. Rasionalisasi:
1) Mempertahankandaya tahan tubuh klien.
2) Kontra indikasi pembedahan kelenjar thyroid.
3) Memaksimalkan supli dan absorbsi kalsium.

Diagnosa keperawatan kelima

1. Tujuan
Perdarahan tidak terjadi.

2. Kriteria hasil
Tidak terdapat adanya tanda-tanda perdarahan.

3. Rencana tindakan:
1) Observasi tanda-tanda vital.
2) Pada balutan tidak didapatkan tanda-tanda basah karena darah.
3) Dari drain tidak terdapat cairan yang berlebih.( > 50 cc).

4. Rasionalisasi:
1) Dengan mengetahui perubahan tanda-tanda vital dapat digunakan untuk mengetahui perdarahan secara dini.
2) Dengan adanya balutan yang basah berartiadanya perdarahan pada luka operasi.
3) Cairan pada drain dapat untuk mengetahui perdarahan luka operasi.

PELAKSANAAN
Merupakan implikasi dari rencana tindakan dengan maksut agar kebutuhanklien terpenuhi.

EVALUASI
1) teruskan bila masalah masih ada.
2) Revisi/modifikasi bila masalah ada tetapi rencana dirubah.
3) Terpecahkan jika masalah berhasil dipecahkan.
















§     ASKEP PADA IBU HAMIL DENGAN HYPERTIROID
Penderita hipertiroid biasanya mengalami gangguan haid ataupun kemandulan. Kadang juga terjadi kehamilan atau timbul penyakit baru, timbul dalam masa kehamilan.
Kejadian penyakit ini diperkirakan 1:1000 dan dalam kehamilan umunya disebabkan oleh adenoma tunggal. Pasien dengan penyakit primer ini mungkin mengidap batu ginjal, penyakit tulang atau tanpa gejala.

1. Pengaruh kehamilan terhadap penyakit
Kehamilan dapat membuat strua tambah besar dan keluhan penderita tambah berat.
2. Pengaruh penyakit terhadap kehamilan dan persalinan
- Kehamikan sering berakhir ( abortus habitualis )
- Partus prematurus
- Kala II hendaknya diperpendek dengan akstraksi vakum / forsial, karena bahaya kemungkinan timbulnya dekompensasi kordis.

A.Etiologi
Hipertiroid :
- Pembesaran kelenjar tiroid
- Hiperfungsi kelenjar tiroid
- Peningkatan metabolism basal 15-20 %

B.Tanda dan gejala
Hipertiroid :
- Eksoftalmus
- Tremor
- Takikardia
- Pembesarankelenjar tiroid
- Hiperkinesis
- Kenaikan BMR sampai 25 %
- Aneroksia
- Lekas letih
- Kesulitan dalam menelan
- Mual dan muntah
- Konstipasi
- Hiptonik obat

C. Penatalaksanaan
- Pemberian obbat-obat profiltluarasil dan metiazol dosis rendah
- Operasi tiroidektomi, lakukan pada trimester III

D.Pengaruh Kehamilan Terhadap Penyakit
Kehamilan dapat membuat struma tambah besar dan keluhan penderita bertambah berat.


E. Komplikasi dan Pengangan

Kematian meningkat dan dapat mencapai 50 %. Pembedahan adalah terapi yang dianjurkan, tetapi mungkin timbul hipokalsemia pasca bedah. Kalau perlu dilakukan pemeriksaan kalsium berkala dan bila nyata harus dilakukan koreksi dengan kalsium glokonat 2-3 x 20 ml cairan 10 %, bila keluhan menjadi ringan, diet makanan kalsium 4 gelas susu / hari dapat dianjurkan. Dalam kenyataan tetani neonatal sering membantu dalam memerlukan hiperparatiriodisme ibu, yang kemudian dioperasi untuk mengangkat adenomanya.


ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pemeriksaan Fisik :
a. Kulit
1) Panas, lembab, banyak keringat, halus, licin, mengkilat, kemerahan.
2) Erythema, pigmentasi, mixedema local.
3) Kuku → terjadi onycholosi → terlepas, rusak.
4) Ujung kuku/jari → terjadi Aerophacy, yaitu perubahan ujung jari → tabuh / clubbing finger disebut PLUMER NAIL.
5) Kalau ada peningkatan suhu → lebih dari 37,8o C → indikasi Krisis Tyroid.


b. Mata ( Opthalmoptik )
1) Retraksi kelopak mata atas → mata membelalak / tanda Dalrymple.
2) Proptosis ( eksoptalmus ), karena jaringan orbita dan otot-otot mata diinfiltrasi oleh limposit.
3) Iritasi Conjunction dan Hemosis.
4) Laktrimasi
5) Ortalmoplegia
6) Tanda Jefrey : kulit tidak dapat mengkerut pada waktu kepala sedikit menunduk dan mata melihat objek yang digerakkan ke atas.
7) Tanda Rosenbach : tremor pada kelopak mata pada waktu mata menutup.
8) Tanda stelwag : mata jarang berkedip.
9) Tanda Dalrymple : retraksi kelopak mata bagian atas sehingga memberi kesan mata membelalak.
10) Tanda Van Graefe : kelopak mata terlambat turun dibandingkan boa mata.
11) Tanda Molbius : kelemahan dalam akomodasi / konvergensi mata / gagal konvergensi.

c. Cardio vaskuler.
1) Peningkatan tekanan darah
2) Tekanan nadi meningkat
3) Takhikardia
4) Aritmia
5) Berdebar-debar
6) Gagal jantung

d. Respirasi
1) Perubahan pola nafas
2) Dyspnea
3) Pernafasan dalam
4) Respirasi rate meningkat

e. Gastrointestinal
1) Poliphagia → nafsu makan meningkat.
2) Diare → bising usus hyperaktif
3) Enek
4) Berat badan turun

f. Otot
1) Kekuatan menurun
2) Kurus
3) Atrofi
4) Tremor
5) Cepat lelah
6) Hyperaktif refleks tendom

g. Sistem persyarafan
1) Iritabiltas → gelisah
2) Tidak dapat berkonsentrasi
3) Pelupa
4) Mudah pindah perhatian
5) Insomnia
6) Gematar

h. Status mental dan emosional
1) Emosi labil → lekas marah, menangis tanpa sebab
2) Iritabilitas
3) Perubahan penampilan

i. Status ginjal
1) Polyuri ( banyak dan sering kencing ).
2) Polidipsi ( rasa haus berlebihan → banyak minum )

j. Status reproduksi
1) Pada wanita :
a. Hypomenorrhoe
b. Amenorrhoe
Karena kelenjar tyroid mempengaruhi LH

k. Leher
1) Teraba adany apembesaran tyroid ( goiter ).
2) Briut ( + ).
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. Serum T3 dan T4 meningkat ( Normal : T3 :8 – 16 g. T4 4-11 g )
b. TSH serum menurun
c. Tyroid → radio aktif iodine up take ( RAIU ) meningkat ( Normal: 10-35 % )
d. BMR meningkar
e. PBI meningkat ( Normal :4 g - 8 g, hypertiroid > 8 g, hypertiroid < g)


B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan diare, mual, nyeri abdomen dan atau peningkatan BMR ditandai dengan BB turun, diaporesis.
Tujuan : nutrisi adekuat.
Intervensi :
a. Pantau masukan diet tinggi kalori, tinggi protein, tinggi karbohidrat, tinggi vitanin B.
b. Tawarkan makanan dalam jumlah kecil tapi sering dan tambahan diantara waktu makan.
c. Konsulkan pasien untuk makanan yang disukai.
d. Hindari stimulan : kopi, the, cola, atau makanan yang lain yang mengandung kafein atau teobromin yang meningkatkan perasaan kenyang dan paristaltik.
e. Hindari makanan dengan jumlah yang banyak serat atau makanan yang banyak mengandung bumbu.
f. Berikan dorongan untuk memperbanyak minum 2 sampai 3 liter setiap hari ; hindari jus yang mungkin dapat menyebabkan diare.
g. Berikan lingkungan dengan pengunjung yang cocok bila pasien yang menginginkannya.
h. Timbang pasien setiap hari, pada waktu yang sama dengan timbangan dan pakaian yang sama.
i. Pantau masukan dan haluaran setiap 8 jam.
j. Kaji efektifitas pengobatan untuk mengatasi mual dan nyeri abdomen.

Hasil yang diharapkan / evaluasi :
Berat badan meningkat sampai batas yang normal bagi pasien : makan diet yang dianjurkan tanpa menunjukkan ketidaknyamanan abdomen ;tidak yang dianjurkan tanpa menunjukkan ketidaknyamanan abdomen; tidak mengalami diare; masukan dan haluaran seimbang.

2. Hipetermia yang berhubungan dengan status hipermetabolik ditandai dengan panas.
Tujuan : suhu normal 36,5oC – 37,5oC.

Intervensi ;
a. Berikan kompres hangat sesuai kebutuhan.
b. Gunakan pakaian dan linen tempat tidur yang tipis.
c. Pertahankan lingkungan yang sejuk.
d. Kaji efektifitas selimut hipetermia bila dilakukan :
- Lakukan tindakan untuk mencegah kerusakan kulit.
e. Berikan asetamenofen sesuai pesanan ( aspirin merupakan kontra indikasi )
f. Tingkatkan masukan cairan sampai 2500 ml / hari.
g. Pantau tanda vital, tingkat kesadaran, halyaran urine setiap 2 sampai 4.
h. Kolaborasikan dengan dokter dalam menggunakan tindakan pendinginan tambahan bila keadaannya membutuhkan.
Hasil yang diharapkan /evaluasi :
a. Pasien sadar dan responsif
b. Tanda-tanda vital dan haluaran urine normal.

3. Intoleran aktivitas yang berhubunagan dengan ketiddakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan karena peningkatan kecepatan metabolisme dan intoleransi terhadap panas ditandai dengan kelemahan.
Tujuan : Aktifitas dapat dilakukan sesuai toleransi.

Intervensi :
a. Kaji tanda vital dasar dan tingkat aktivitas sebelumnya.
b. Batasi akatifitas sampai tingkat toleransi pasien dengan melakukan pangkajian respon ( mis : kaji tanda vital selama melakukan aktifitas dan bandingkan dengan tanda vital dasar ).
c. Biarkan pasien membuat priorotas dalam perawatan di dalam keterbatasanna.
d. Berikan jarak waktu antara prosedur untuk memungkinkan waktu istitrahat yang cukup.
e. Berikan peralatan yang dibutuhkan, kebutuhan lain untuk mencegah penggunaan energi yang berlebihan oleh pasien sebelum aktivitas.
f. Hentikan aktifitas pada awal timbulnya gejala intoleran : dispnea, takipnea, takikardia, keletihan.
g. Bantu pasien saat melakukan aktifitas yang tidak mampu dilakukan karena kelemahan atau tremor.
h. Rencanakan aktifitas setiap hari dan pola istirahat yang dapat memudahkan meningkatan toleransi untuk perawatan diri.

Hasil yang diharapkan / evaluasi :
a. Menyelesaikan aktifitas yang direncanakan tanpa bukti-bukti intoleran.
b. Meminta bantuan hanya ketika membutuhkan.

4. Perubahan proses fikir yang berhubungan dengan peningkatan rangsangan sistem saraf simpatis oleh tingginya kadar hormon tiroid ditandao dengan labil, peka rangsang, gugup.

Tujuan : tidak terjadi perubahan proses pikir.

Intervensi :
a. Kaji tingkat kesadaran, orientasi, afek dan persepsi setiap 4 jam sampai 8 jam : laporkan adanya perubahan negatif.
b. Diskusikan perasaan dan respon terhadap situasi dan orang : berikan penekanan bahwa hal tersebut tepat adanya.
c. Berikan lingkungan yang stabil, tenang, tanpa stress, dan tidak merangsang.
1) Atasi lingkunangan yang terlalu berisik.
2) Konsisten dalam waktu dan saat melakukan prosedur atau aktifitas.
3) Batasi pengunjung sesuai kebutuhan.
4) Hindari pergantian personel yang sering.
5) Cegah situasi yang menimulkan kemarahan emosional bila memungkinkan
d. Rencanakan perawatan bersama pasien; berikan penjelasan yang jelas dan singkat.
e. Antisipasi kebutuhan akan pencegahan reaksi hiperaktif.
f. Informasikan pasien bahwa aktifitasnya mungkin dibatasi.
g. Ajarkan teknik menurunkan stress dan kaji penggunaannya oleh pasien.
h. Berikan aktifitas yang menghibur dan benda-benda yang menurunkan rangsangan ; hindari





hal-hal yang membutuhkan manipulasi motorik halus.
i. Orientasikan kembali pasien pada lingkungan sesuai dengan yang dibutuhkan dan berikan petunjuk yang mengorientasikan ( misalnya : jam, kalender, gambar-gambar yang dikenal pasien dan sebagainya ).
j. Panyau terhadap reaksi buruk terhadap pengobatan.

Hasil yang diharapkan :
a. Pasien berorientasi
b. Berespon sesuai terhadap situasi dan orang
c. Menggunakan teknik reduksi stress



















REFERENSI

§  Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Bobak. Lowdermilk. Jensen, Penerbit. Buku Kedokteran EGC. Tahun 2005
§   Cunningham, dkk.,1993
§  Scott, dkk.,1990
§  http://artikelkedokteran.net/fungsi-kelenjar-tiroid.html
§  http://healthycaus.blogspot.com/2009/07/askep-pada-ibu-hamil-dgn-hypertiroid.html
§  Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Vol.2 Biunner dan Suddarth Edisi 8, Penerbit EGC Buku Kedokteran.Tahun 2002

Hiperemesis Gravidarum

BAB I

PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala – gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60 – 80% primi gravida dan 40 – 60% multi gravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala – gejala ini menjadi lebih berat.
Perasaan mual ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG (Human Chorionic Gonadrotropin) dalam serum. Pengaruh Fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari – hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit. (Prawirohardjo, 2002)
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50 – 70% wanita hamil dalam 16 minggu pertama. Kurang lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual- mual dan 44% mengalami muntah – muntah. Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Perbandingan insidensi hiperemesis gravidarum adalah 4 : 1000 dari angka kehamilan. (Sastrawinata, 2004)
Diduga 50% sampai 80% ibu hamil mengalami mual dan muntah dan kira – kira 5% dari ibu hamil membutuhkan penanganan untuk penggantian cairan dan koreksi ketidakseimbangan elektrolit. Mual dan muntah khas kehamilan terjadi selama trimester pertama dan paling mudah disebabkan oleh peningkatan jumlah HCG. Mual juga dihubungkan dengan perubahan dalam indra penciuman dan perasaan pada awal kehamilan. (Walsh, 2007)
Hiperemesis gravidarum didefinisikan sebagai vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan. Insiden kondisi ini sekitar 3,5 per 1000 kelahiran. Walaupun kebanyakan kasus hilang seiring perjalanan waktu, satu dari setiap 1000 wanita hamil akan menjalani rawat inap. Hiperemesis gravidarum umumnya hilang dengan sendirinya (self-limiting), tetapi penyembuhan berjalan lambat dan relaps sering umum terjadi. Kondisi sering terjadi diantara wanita primigravida dan cenderung terjadi lagi pada kehamilan berikutnya. (Lowdermilk, 2004)


1.2  Rumusan Masalah
Wanita hamil yang mengalami hiperemesis gravidarium.


1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi hiperemesis gravidarum
2. Untuk mengetahui etiologi hiperemesis gravidarum
3. Untuk mengetahui patofisiologi hiperemesis gravidarum
4. Untuk mengetahui gejala dan tanda hiperemesis gravidarum
5. Untuk mengetahui diagnosis hiperemesis gravidarum
6. Untuk mengetahui pencegahan hiperemesis gravidarum                 
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan hiperemesis gravidarum
8. Untuk mengetahui prognosis hiperemesis gravidarum
9. Agar mahasiswa dapat mengetahui pemberian Asuhan Keperawatan yang           tepat pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum


1.4 Manfaat
Diharapkan kepada pembaca sekalian agar dapat mengerti dan memahami tentang hiperemesis gravidarum sehingga dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum, serta dapat mengaplikasikan dengan baik ilmu yang di dapat dalam pemberian Asuhan Keperawatan pada pasien.


BAB II

METODE PENULISAN



2.1 Definisi

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari – hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. (Arif, 1999)
Hiperemesis gravidarum adalah mual – muntah berlebihan sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari – hari dan bahkan membahayakan hidupnya. (Manuaba, 2001)
Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum. (Sastrawinata, 2004)
Hiperemesis gravidarum adalah vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan. (Lowdermilk, 2004)
Hiperemesis gravidarum adalah suatu keadaan (biasanya pada hamil muda) dimana penderita mengalami mual- muntah yang berlebihan, sedemikian rupa sehingga mengganggu aktivitas dan kesehatan penderita secara keseluruhan. (Achadiat, 2004)


2.2  Etiologi

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Perubahan – perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat – zat lain akibat inisiasi. Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai berikut:
1.    Faktor predisposisi :
a.    Primigravida
b.    Overdistensi rahim : hidramnion, kehamilan ganda, estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa
2.    Faktor organik :
a.    Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal
b.    Perubahan metabolik akibat hamil
c.    resistensi yang menurun dari pihak ibu
d.    Alergi
3.    Faktor psikologis :
a.    Rumah tangga yang retak
b.    Hamil yang tidak diinginkan
c.    Takut terhadap kehamilan dan persalinan
d.    Takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu
e.    Kehilangan pekerjaan


2.3  Patofisiologi

Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
Ø  Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton – asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah.
Ø  Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah menyebabkan dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah dan khlorida air kemih turun. Selain itu juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan berkurang.
Ø  Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi muntah – muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan.
Ø  Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (Sindroma Mallory-Weiss) dengan akibat perdarahan gastro intestinal.
Ø  Adapun komplikasi yang dapat terjadi akibat Hiperemesis Gravidarum ini, yaitu Dehidrasi berat, ikterik, takikardia, suhu meningkat, alkalosis, kelaparan, gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan dan hubungan keluarga, menarik diri dan depresi.


2.4  Gejala dan Tanda

Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dapat dibagi :
1.    Tingkatan I
a.    Muntah terus menerus sehingga menimbulkan :
1)     Dehidrasi : turgor kulit turun
2)     Nafsu makan berkurang
3)     Berat badan turun
4)     Mata cekung dan lidah kering
b.    Nyeri di bagian epigastrium karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke esofagus
c.    Nadi meningkat dan tekanan darah turun
d.    Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit
e.    Tampak lemah dan lemas
2.   Tingkatan II
a.      Dehidrasi semakin meningkat akibatnya :
1)    Turgor kulit makin turun
2)    Lidah kering dan kotor
3)    Mata tampak cekung dan sedikit ikteris
b.      Kardiovaskuler
1)    Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit
2)    Nadi kecil karena volume darah turun
3)    Suhu badan meningkat
4)    Tekanan darah turun
c.      Liver
Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus
d.      Ginjal
Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang yang menyebabkan :
1)     Oliguria
2)     Anuria
3)     Terdapat timbunan benda keton aseton
Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan
e.      Kadang – kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus dan pecahnya mukosa lambung pada sindrom mallory weiss.
3. Tingkatan III
a.    Keadaan umum lebih parah
b.    Muntah berhenti
c.    Sindrom mallory weiss
d.    Keadaan kesadran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma
e.    Terdapat ensefalopati werniche :
1)    Nistagmus
2)    Diplopia
3)    Gangguan mental
f.     Kardiovaskuler
1)     Nadi kecil
2)     Tekanan darah menurun
3)     Temperatur meningkat
g.    Gastrointestinal
1)     Ikterus semakin berat
2)     Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam
h.    Ginjal
Oliguria semakin parah dan menjadi anuria


2.5  Diagnosis

Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum. Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala muntah. Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera diberikan.
Adapun beberapa pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada penderita Hiperemesis Gravidarum, yaitu :
·                     USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.
·                     Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.
·                     Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.


2.6  Pencegahan

Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi hiperemesis gravidarum dengan cara :
1.            Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik.
2.            Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
3.            Menganjurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan dalam jumlah kecil tapi sering.
4.            Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan dengan teh hangat.
5.            Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
6.            Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
7.            Defekasi teratur.
8.            Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting, dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.


2.7  Penatalaksanaan

Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan :
1.     Obat – obatan
a.      Sedativa : phenobarbital
b.      Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B – kompleks
c.      Anti histamin : Dramamin, avomin
d.      Anti emetik (pada keadan lebih berat) : Disiklomin hidrokhloride atau khlorpromasin
Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit.
2.     Isolasi
a.      Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang baik.
b.      Catat cairan yang keluar masuk.
c.      Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan.
d.      Tidak diberikan makanan/minuman dan selama 24 jam.
Kadang – kadang dengan isolasi saja gejala – gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
3.     Terapi psikologik
a.      Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan.
b.      Hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan.
c.      Kurangi pekerjaan sera menghilangkan masalah dan konflik
4.     Cairan parenteral
a.      Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose 5% dalam cairan fisiologis (2 – 3 liter/hari).
b.      Dapat ditambah kalium, dan vitamin(vitamin B kompleks, Vitamin C).
c.      Bila kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara intravena.
d.      Bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat diberikan minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair.
Dengan penanganan diatas, pada umumnya gejala – gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik
5.     Menghentikan kehamilan
Bila pegobatan tidak berhasil, bahkan gejala semakin berat hingga timbul ikterus, delirium, koma, takikardia, anuria, dan perdarahan retina, pertimbangan abortus terapeutik.




2.8  Prognisis

Dengan penanganan yang baik prognosis Hiperemesis gravidarum sangat memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.


2.9  Asuhan Keperawatan pada penderita Hiperemesis Gravidarum

A. Pengkajian Keperawatan
1.    Aktifitas istirahat
Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali per menit).
2.    Integritas ego
Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
3.    Eliminasi
Perubahan konsistensi defekasi pada feses, peningkatan frekuensi berkemih Urinalisis : peningkatan konsentrasi urine.
4.    Makanan/cairan
Mual dan muntah yang berlebihan (4 – 8 minggu) , nyeri epigastrium, pengurangan berat badan (5 – 10 Kg), membran mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering.
5.    Pernafasan
Frekuensi pernapasan meningkat.
6.    Keamanan
Suhu kadang naik, badan lemah, ikterus dan dapat jatuh dalam koma
7.    Seksualitas
Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik.
8.    Interaksi sosial
Perubahan status kesehatan / stressor kehamilan, perubahan peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung yang kurang.
9.    Pembelajaran dan penyuluhan.
·                     Segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, apalagi apalahi kalau belangsung sudah lama.
·                     Berat badan turun lebih dari 1/10 dari berast badan normal
·                     Turgor kulit, lidah kering.
·                     Adanya aseton dalam urine.

B. Diagnosa Keperawatan
1)            Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan frekuensi mual dan muntah berlebihan.
2)            Deflsit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan.
3)            Koping tidak efektif berhubungan dengan perubahan psikologi kehamilan.
4)            Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

C. Rencana Keperawatan
1)      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan frekuensi mual dan muntah berlebihan.
ü  Intervensi :
o   Batasi intake oral hingga muntah berhenti.
Rasional : Memelihara keseimbangan cairan elektfolit dan mencegah muntah selanjutnya.
o   Berikan obat anti emetik yang diprogramkan dengan dosis rendah, misalnya Phenergan 10-20mg/i.v.
Rasional : Mencegah muntah serta memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit.
o   Pertahankan terapi cairan yang diprogramkan.
Rasional : Koreksi adanya hipovolemia dan keseimbangan elektrolit.
o   Catat intake dan output.
Rasional : Menentukan hidrasi cairan dan pengeluaran melului muntah.
o   Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional : Dapat mencukupi asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh.
o   Anjurkan untuk menghindari makanan yang berlemak
Rasional : dapat menstimulus mual dan muntah
o   Anjurkan untuk makan makanan selingan seperti biskuit, roti dan the (panas) hangat sebelum bagun tidur pada siang hari dan sebelum tidur
Rasional : Makanan selingan dapat mengurangi atau menghindari rangsang mual muntah yang berlebih
o   Catal intake TPN, jika intake oral tidak dapat diberikan dalam periode tertentu.
Rasional : Untuk mempertahankan keseimbangan nutrisi.
o   Inspeksi adanya iritasi atau Iesi pada mulut.
Rasional : Untuk mengetahui integritas inukosa mulut.
o   Kaji kebersihan oral dan personal hygiene serta penggunaan cairan pembersih mulut sesering mungkin.
Rasional : Untuk mempertahankan integritas mukosa mulut.
o   Pantau kadar Hemoglobin dan Hemotokrit.
Rasional : Mengidenfifikasi adanya anemi dan potensial penurunan kapasitas pembawa oksigen ibu. Klien dengan kadar Hb < 12 mg/dl atau kadar Ht rendah dipertimbangkan anemi pada trimester I.
o   Test urine terhadap aseton, albumin dan glukosa..
Rasional : Menetapkan data dasar ; dilakukan secara rutin untuk mendeteksi situasi potensial resiko tinggi seperti ketidakadekuatan asupan karbohidrat, Diabetik kcloasedosis dan Hipertensi karena kehamilan.
o   Ukur pembesaran uterus
Rasional : Malnutrisi ibu berdampak terhadap pertumbuhan janin dan memperberat penurunan komplemen sel otak pada janin, yang mengakibatkan kemunduran pcrkembangan janin dan kcmungkinan-kemungkinan lebih lanjUT
2)       Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan
ü  Intervensi :
o   Tentukan frekuensi atau beratnya mual/muntah.
Rasional : Memberikan data berkenaan dengan semua kondisi. Peningkatan kadar hormon Korionik gonadotropin (HCG), perubahan metabolisme karbohidrat dan penurunan motilitas gastrik memperberat mual/muntah pada trimester
o   Tinjau ulang riwayat kemungkinah masalah medis lain (misalnya Ulkus peptikum, gastritis.
Rasional : Membantu dalam mengenyampingkan penyebab lain untuk mengatasi masalah khusus dalam mengidentifikasi intervensi.
o   Kaji suhu badan dan turgor kulit, membran mukosa, TD, input/output dan berat jenis urine. Timbang BB klien dan bandingkan dengan standar.
Rasional : Sebagai indikator dalam membantu mengevaluasi tingkat atau kebutuhan hidrasi.
o   Anjurkan peningkatan asupan minuman berkarbonat, makan sesering mungkin dengan jumlah sedikit. Makanan tinggi karbonat seperti : roti kering sebelum bangun dari tidur.
Rasional : Membantu dalam meminimalkan mual/muntah dengan menurunkan keasaman lambung.
3)         Cemas berhubungan dengan Koping tidak efektif; perubahan psikologi kehamilan
ü  Intervensi :
o   Kontrol lingkungan klien dan batasi pengunjung
Rasional : Untuk mencegah dan mengurangi kecemasan
o   Kaji tingkat fungsi psikologis klien
Rasional : Untuk menjaga intergritas psikologis
o   Berikan support psikologis
Rasional : Untuk menurunkan kecemasan dan membina rasa saling percaya
o   Berikan penguatan positif
Rasional : Untuk meringankan pengaruh psikologis akibat kehamilan
o   Berikan pelayanan kesehatan yang maksimal
Rasional : Penting untuk meningkatkan kesehatan mental klien
4)        Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
ü  Intervensi :
o   Anjurkan klien membatasi aktifitas dengan isrirahat yang cukup.
Rasional : Menghemat energi dan menghindari pengeluaran tenaga yang terus-menerus untuk meminimalkan kelelahan/kepekaan uterus
o   Anjurkan klien untuk menghindari mengangkat berat.
Rasional : Aktifitas yang ditoleransi sebelumnya mungkin tidak dimodifikasi untuk wanita beresiko.
o   Bantu klien beraktifitas secara bertahap.
Rasional : Aktifitas bertahap meminimalkan terjadinya trauma seita meringankan dalam memenuhi kebutuhannya.
o   Anjurkan tirah baring yang dimodifikasi sesuai indikasi
Rasional : Tingkat aktifitas mungkin periu dimodifikasi sesuai indikasi.



D. Evaluasi
-       Mual dan mutah tidak ada lagi.
-       Keluhan subyektif tidak ada.
-       Tanda-tanda vital baik.



BAB III

PENUTUP


3.1      Kesimpulan

Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan yang di derita oleh ibu hamil, di mana ibu hamil mengalami mual dan muntah yang berlebihan, yang biasanya di alami pada usia awal kehamilan. Beberapa faktor penyebab dari Hiperemesis Gravidarum, yaitu faktor predisposisi, faktor organik dan faktor psikologis. Dehidrasi, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dan rasa merupakan beberapa akibat dari Hiperemesis Gravidarum.  Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dibagi menjadi 3 tingkatan.


3.2      Saran

Pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi hiperemesis gravidarum, yaitu dengan cara :
ü    Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik.
ü    Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
ü    Menganjurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan dalam jumlah kecil tapi sering.
ü    Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan dengan teh hangat.
ü    Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
ü    Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
ü    Defekasi teratur.
ü    Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting, dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan apabila keluhan dan gejala tidak berkurang, yaitu dapat diberikan beberapa jenis obat-obatan untuk penderita Hiperemesis Gravidarum, dapat melakukan isolasi, terapi psikologik, pemberian cairan parenteral, dan dapat juga menghentikan kehamilan. Dengan penanganan yang baik prognosis Hiperemesis gravidarum dapat sangat memuaskan.