im exactly know... what im supose to be.....

Search This Blog

September 29, 2010

A.    Pendahuluan
Sex merupakan hal yang dianggap tabu untuk diperbincangkan.
Pemahaman mengenai seksualitas akan membantu perawat dalam mengenali nilai & bias seksual serta memperluas pemahaman tentang batas normal perilaku seksual shg mampu memberikan perawatan secara lebih efektif.

Seksualitas merupakan bagian dari kehidupan manusia. Lingkupan seksualitas suatu yang lebih luas daripada hanya sekedar seks yang merupakan kegiatan hubungan fisik seksual. Kondisi seksualitas yang sehat juga menunjukkan gambaran kualitas kehidupan manusia, terkait dengan perasaan paling dalam, akrab dan intim yang berasal dari lubuk hati yang paling dalam, dapat berupa pengalaman, penerimaan dan ekspresi diri manusia.

            Banyak elemen-elemen yang terkait dengan keseimbangan seks dan seksualitas. Elemen-elemen tersebut termasuk elemen biologis, yang terkait dengan identitas dan peran gender berdasarkan ciri seks sekundernya dipandang dari aspek biologis.

            Elemen sosiokultural, yang terkait dengan pandangan masyarakat akibat pengaruh kultur terhadap peran dan kegiatan seksualitas yang dilakukan individu.

            Sedangkan elemen yang terakhir adalah elemen perkembangan psikososial laki-laki dan perempuan. Hal ini dikemukakan berdasrkan beberapa pendapat ahli tentang kaitannya antara identitas dan peran gender dari aspek psikologi termasuk tahapan perkembangan psikologi yang harus dilalui oleh individu berdasarkan gendernya.

            Seksualitas sangat bertentangan dengan aspek spritual jika dilakukan secara bebas, apalagi jika individu melakukan hubungan fisik tanpa adanya ikatan pernikahan.


B.     ASPEK SEKSUALITAS DALAM KEPERAWATAN
Seksualitas merupakan bagian integral dari manusia. Seksualitas merupakan aspek yang yang sering dibicarakan dari bagian personalitas total manusia, dan berkambang terus dari mulai lahir sampai kematian.
1.     Definisi seksualitas
Hubungan seksualitas manusia merupakan pencetusan dari cinta antara individu, dimana daya tarik dan pancaindra ikut berperan. Hubungan seksualitas dapat dikatakan sakral dan mulia sehingga secara wajar hanya dibenarkan dalam ikatan perkawinan.
Seksualitas dan seks merupakan hal yang berbeda
u  Seksualitas --- bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada orang lain melalui tindakan yang dilakukannya seperti sentuhan, pelukan, ataupun perilaku yang lebih halus seperti isyarat gerak tubuh, cara berpakaian, dan perbendaharaan kata, termasuk pikiran, pengalaman, nilai, fantasi, emosi.
u  seks --- menjelaskan ciri jenis kelamin secara anatomi dan fisiologi pada laki-laki dan perempuan --- hubungan fisik antar individu (aktivitas seksual genital).
2.     Konsep dari seksualitas
Seksualitas dan jenis kelamin adalah dua hal yang berbeda-beda. Seksualitas sering digambarkan terhadap perasaan laki-laki dan wanita ini memiliki komponen-komponen seperti biologis, fisiologis, sosial dan etika.
Prosesnya oleh orang-orangdan berasal dari pengetahuan diri mereka sebagai laki-laki/wanita adalah tidak sepenuhnya dimenngerti. Sejak lahir dengan alat, jenis kelamin laki-laki/wanita belajar dalam mempelajari komposisi laki-laki dan wanita. Saat ini belum dijelaskan mengenai keseluruhan dari seksualitas dan perilaku seks. Perbedaan ini akan lebih dipahami ketika perawat mengingat bahwa seksualitas memiliki status yang sama dalam segala aspek.
3.     Perilaku seksual klien
Semua orang memiliki sistem seksual dan percaya akan melibatkan seksualitas sepanjang hidupnya. Penmgalaman ini membuat kemudahan bagi seorang klien untuk menyetujui peraturan keperawatan kesehatan yang menyangkut seksual.
Hal yang paling sering mencakup mengenai prilaku seksual, perasaan dan aksi. Hal ini merupakan normal, karena masyarakat tidak memiliki keberanian untuk berbicara terbuka tentang seksualitas, seperti kecemasan yang tidak dapat dimengerti. Agama, masyarakat, media, keluarga, pers, pengalaman menyampaikan sebuah pesan normal tentang seksualitas.
4.     Perilaku Perawat dalam menjaga Seksualitas

Perilaku profesional tidak memilki kesepakatan etnik seksual dari perawat atau klien. Perilaku profesional harus menjamin klien menerima pelayanan kesehatan terbaik tanpa merugikan diri klien.
Perbedaan dalam perilaku seseorang diperlukan promosi tentang pendidikan seks dan latihan tentang nilai seksual serta keyakinan dalam mengurangi prasangka buruk tentang seksual. Seperti proses yang menegaskan yang ditunjukan sebagai berikut:
a.     Kesadaran dari keyakinan, perilaku tentang penilaian tentang seksualitas
b.     Kesadaran dari pengaruh kepercayaan dan tindakan keperawatan
c.     Pengetahuan yang tinggi
d.     Kemampuan dalam mengkaji, intervansi dan komunikasi.
Seorang perawat perlu menyediakan informasi seksualitas sehingga tidak akan ada prasangka buruk dalam pelayanan kesehatan.
5.     Faktor  yang dapat ,mempengaruhi seksualitas

a.     Faktor fisik
b.     Faktor hubungan
c.     Faktor gaya hidup
d.     Faktor harga diri
a.     Faktor Fisik
q  Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan fisik.
q  Kondisi fisik dapat berupa penyakit ringan/ berat.
q  Citra tubuh yang buruk.
b.      Faktor Hubungan
Masalah d
alam berhubungan dapat mempengaruhi hubungan seseorang untuk melakukan aktivitas seksual
Tergantung dari bagaimana mereka berkomprom
i, bernegosiasi dan menegosiasikan mengenai perilaku seksual yang dapat diterima.

c.     Faktor Gaya Hidup
Meliputi penyalahgunaan alhokol dlm aktivitas seks,ketersediaan w
aktu,penentuan yang tepat untuk aktivitas seks.

d.      Faktor Harga Diri
Jika harga diri seksual tidak dipelihara dengan mengembangkan perasaan yg kuat ttg seksual diri dan dgn mempelajari keterampilan seksual, aktivitas seksual mungkin memberikan perasaan negatif atau tekanan perasaan seksual.
Harga diri seksual dpt ternggangu oleh : perkosaan,penganiayaan fisik/emosi,dll
Seksualitas atau pengalaman seksual individu dapat juga mempengaruhi bagian tertentu dari bagian kehidupannya. Misalnya saja seorang wanita yang cemas banyak fakator yang mempengaruhi seksualitas seseorang sehingga membedakan perasaan pribadi terhadap seksualitas, sebagai berikut:
a.     Pertimbangan perkembangan
b.     Kebiasaan hidup sehat dan kondisi kesehatan

6.     Masalah kepribadian dalam perkembangan seksualitas
            Kepribadian adalah kebulatan sikap seseorang yang khas dan membedakannya dengan orang lain dalam berbagai hal termasuk masalah sosial. Dengan demikian dapat dibedahkan berbagai bentuk keoribadian sebagai berikut:
a.     Kepribadian terbuka
b.     Kepribadian tertutup
c.     Kepribadian emosional
d.     Kepribadian rasional
Kesehatan Seksual merupakan Pengintegrasian aspek somatik , emosional, intelektual, dan sosial dari kehidupan seksual dengan cara yang positif memperkaya dan meningkatkan kepribadian, komunikasi, dan cinta (WHO,1975).
C.     ELEMEN SEKSUALITAS

1.     Elemen Biologis.

Merupakan dimensi yang berkaitan dengan anatomi dan fungsional organ reproduksi termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal.
Misal : kesehatan reproduksi pria & wanita berbeda, membutuhkan perawatan yang berbeda pula baik interna maupun eksternal.

a.     Perkembangan awal
b.     Respon seksual dewasa
c.     Menopause
d.     Penuaan dan seksualitas

2.     Elemen Sosiokultural
Dipengaruhi oleh norma dan peraturan kultural yang menentukan apakah perilaku yang diterima didalam kultur.Seorang individu dipengaruhi oleh jaringan sosial mereka dan cenderung untuk melakukan apa yang digariskan oleh lingkungan sosial mereka.Kehidupan sosial melekat erat dalam kehidupan sosial yang memberikan kesempatan dan batasan.
Contoh :
Perilaku yang diperbolehkan slm pacaran, hal-hal yang dianggap merangsang,tipe aktivitas seksual, sanksi &larangan dlm perilaku seksual, atau menemukan orang yang boleh atau tidak boleh dinikahi.
Tradisi seksual kultural adl sirkumsisi. Di AS masih merupakan kontroversial, akan tetapi 80% neonatus di AS disirkumsisi, karena alasab higienis, atau simbol keagamaan &identitas etnik tertentu.
Kesimpulan
Setiap masyarakat memainkan peran yang sangat kuat dalam membentuk nilai & sikap seksual, juga dalam membentuk atau menghambat perkembangan &ekspresi seksual anggotanya.

Komponen ini merefleksikan keyakinan kultur masyarakat.keyakinan ini membentuk perkembangan seseorang sebagai makhluk seksual.Interaksi sosial penting pada proses ini karena perilaku peran merupakan model dan harapan sosial yang dipelajari.

a.     Peran laki-laki dan perempuan.
Kultur mempengaruhi peran gender,kultur tertentu mempunyai perbedaan yang jelas tentang peran gender.Misalnya peran laki-laki mencari nafkah dan peran wanita mengasuh anak.

3.     Elemen agama dan etik
Jika kepuasan seksual melewati batas kode etik individu,maka akan menimbulkan konflik internal, seperti perasaan bersalah,berdosa dll.Meskipun agama memegang peranan penting, keputusan seksual akhirnya diserahkan pada individu,sehingga sering terjadi pelanggaran etik atau agama.

4.     Elemen Psikologis

a.     Identitas gender
Merupakan perasaan seseorang menjadi laki-laki atau perempuan dan mendeskripsikan perasaan seseorang akan sifat kelaki-lakiannnya atau kewanitaannya.
b.     Peran Gender
Merupakan ekspresi publik tentang identitas gender.peran gender dapat dipelajari dari lingkungan individu berada.
Peran gender merupakan seseorang bertindak sbg wanita atau pria.
Dipengaruhi oleh :
ü  Faktor lingkungan
ü  Hormon seks
ü  Faktor kultural.

c.     Orientasi Seksual
Merupakan pilihan hubungan intim seseorang dengan lawan jenis atau sejenisnya.
Orientasi seksual adalah ketertarikan emosional,somatik,seksual atau rasa sayang yang bertahan lama thd orang lain.Homoseksual : orang yang memiliki ketertarikan emosional,romantik,seksual atau rasa sayang pd sejenis. Biseksual : merasa nyaman bila melakukan hubungan seksual dg kedua jenis kelamin.
Variasi dalam ekspresi seksual
Transeksual adl orang yg identitas seksual /gendernya berlawanan dg sex biologisnya.
Transvetit adl seorang heteroseksual scr periodik berpakaian spt wanita u/ pemuasan psikologis dan seksual.
Sistem Nilai Seksual
Semua orang mempunyai sistem nilai seksual.
Perhatian utama pada klien : apakah perilaku, sikap, perasaan, dan sikap seksual spesifik adalah normal?
Klien mungkin khawatir tentang efek intervensi keperawatan terhadap kemampuan perawatan diri dan aktivitas seksual mereka.
Ketika orientasi atau nilai seksual perawat berbeda dg klien mk sesuatu yang aneh / salah menurut perawat. Ini merupakan bias seksual.
Hal yang bisa dilakukan :
Promosi tentang edukasi seksual
Pemeriksaan nilai dan keyakinan seksual dg jujur.
Pemberian informasi mengenai efek penyakit pd seksualitas scr jujur & akurat.
PERILAKU SEKSUAL
Adl perilaku yang muncul krn adanya dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku.Perilaku seksual yg dianggap sehat adl heteroseksual,vaginal, dan dilakukan suka sama suka.Perilaku seksual sering disederhanakan : hubungan seksual berupa penetrasi & ejakulasi
Menurut Wahyudi (2000),perilaku seksual secara rinci dapat berupa :
·         Berfantasi
·         Pegangan tangan
·         Cium kering
·         Cium basah
·         Meraba
·         Berpelukan
·         Masturbasi (wanita) & onani (laki-laki)
·         Oral seks
·         Petting
·         Intercourse (bersenggama)
Perkembangan seksual (Freud)
  1. Oral Stage (0-1 tahun)
  2. Anal Stage (1-3 tahun)
  3. Phalic or Oediphal stage (3-6 tahun)
  4. Latency Stage (6-11 tahun)
  5. Puberty (genital stage)
  6. Adolescence
PERKEMBANGAN SEKSUAL
 (Fundamental Nursing)
  1. Masa Bayi
  2. Masa Usia bermain dan Pra sekolah
  3. Masa Usia sekolah
  4. Pubertas dan Masa Remaja
  5. Masa Dewasa
  6. Masa Dewasa Tua (lansia)
1. Masa Bayi
·         Bayi dilahirkan dengan kapasitas untuk kesenangan dan respons seksual.
·         Genetalia bayi sensitif terhadap sentuhan sejak lahir.
·         Respons orangtua : membentuk arah dari perkembangan seksual, edukasi dan kenyamanan
2. Masa usia Bermain dan Prasekolah
·         Anak usia 1-5 th menguatkan rasa identitas jender dan mulai membedakan perilaku sesuai jender yang didefinisikan secara sosial.
·         Mulai menirukan tindakan orangtua yang berjenis kelamin sama.
·         Eksplorasi tubuh terus berlanjut dalam kelompok usia ini.
3. Masa Usia Sekolah
·         Bagi anak usia 6-10 th, edukasi dan penekanan tentang seksualitas datang  dari orang tua dan gurunya.
·         Anak mulai punya keinginan dan kebutuhan privasi
·         Anak juga harus diberi penjelasan potensial terjadi penganiayaan seksual
4. Masa Pubertas dan Remaja
·         Adanya pertumbuhan tanda-tanda kelamin sekunder.
·         Perubahan emosi selama pubertas dan masa remaja sangat dramatis.
·         Informasi yang akurat tentang perubahan tubuh, hubungan dan aktivitas seksual, PMS dan kehamilan.
5. Masa Dewasa
·         Mengembangkan hubungan yang intim
·         Pada Akhir dewasa individu menyesuaikan dengan perubahan sosial yang terjadi
6. Masa Dewasa Tua (lansia)
·         Seksualitas beralih pada penekanan pada prokreasi menjadi penekanan pada pertemanan, kedekatan fisik, komunikasi, intim, dan hubungan fisik mencari kesenangan.
·         Terjadinya perubahan fisik yang terjadi pada proses penuaan harus dijelaskan pada klien lansia.

Tahap Perkembangan seksualitas 
1.Bayi (0 – 12 bulan ) 
·         Penentuan jender laki-laki atau perempuan
·         Pembedaan diri sendiri dengan orang lain secara bertahap
·         Genital eksternal sensitif terhadap sentuhan
·         Bayi laki-laki mengalami ereksi penis; bayi perempuan mangalami lubrikasi vagina
·         Bayi laki-laki mengalami ereksi nokturnal spontan
·         Stimulasi taktil (sentuhan, menyusu, memeluk, membuai) --- senang & nyaman berinteraksi dengan manusia
2.    Todler (1-3 tahun )  
·         Identitas jender berkembang secara kontinyu (terus menerus)
·         Mampu mengidentifikasi jender diri sendiri
·         Mulai menirukan tindakan orang tua yang berjenis kelamin sama ,misal berinteraksi dengan boneka, pakaian yang dipakai
·         Kesadaran terhadap diri sendiri meningkat
·         Mengeksplorasi anggota tubuh sendiri dan teman bermain
·         Mempelajari nama anggota tubuh dengan benar
·         Belajar mengendalikan perasaan dan tingkah laku
·         Menyukai orang tua yang berbeda jenis
·         Mempertanyakan mengenai bagaimana seorang bayi bisa ada 

3.     Usia sekolah (6-12 tahun )
·         Mempunyai identifikasi yang kuat dengan orang tua yang berjenis kelamin sama (misalnya anak perempuan dengan ibu)
·         Senang berteman dengan sesama jenis
·         Kesadaran diri meningkat
·         Mempelajari konsep dan peran jender
·         Mulai menyukai hal yang bersifat pribadi, modis
·         Sekitar usia 8-9 tahun mulai memikirkan tentang perilaku seksual, menstruasi, reproduksi, seksualitas.

4.     Remaja (12-18 tahun )
·         Karakteristik seks mulai berkembang
·         Mulai terjadi menarke
·         Mengembangkan hubungan yang menyenangkan
·         Dapat terjadi aktivitas seksual, misalnya masturbasi
·         Mengidentifikasi orientasi seksual (homoseks / heteroseks)
·         Mencari perawatan kesehatan tanpa ditemani orang tua 
5.Dewasa awal (18-40 tahun )
·         Terjadi aktivitas seksual
·         Gaya hidup dan nilai-nilai yang dianut telah kuat
·         Beberapa pasangan berbagi tugas : keuangan, pekerjaan rumah tangga
·         Mengalami ancaman terhadap body image akibat penuaan
 6. Dewasa tengah (40-65 tahun )
·         Penurunan produksi hormon
·         Wanita mengalami menopause (umumnya usia 40-55 tahun)
·         Laki-laki mengalami klimakterik secara bertahap
·         Mulai memperkokoh stándar moral dan etik
 7. Dewasa akhir (65 tahun keatas ) 
·         Aktivitas seksual lebih berkurang
·         Sekresi vagina berkurang, payudara mengalami atrofi
·         Laki-laki menghasilkan sperma lebih sedikit dan memerlukan waktu lebih lama untuk dapat ereksi dan ejakulasi

 
Proses Perkembangan Kesadaran Diri terhadap     Seksualitas
Tingkat kesadaran diri perawat terhadap seksualitas mempunyai dampak langsung pada kemampuannya melakukan intervensi keperawatan, menurut Stuart & Sundeen (1995), empat tahap proses kesadaran diri meliputi :
1.Tahap Ketidaksesuaian Kognitif.dapat diatasi dengan :
Menghindari tangguang jawab profesional dan tetap berpegang pada keyakinan pribadi dan Memeriksa fakta bahwa seksualitas merupakan bagian integral dari keadaan manusia
2. Tahap Ansietas
Perawat mengalami ansietas, rasa takut dan Perawat menyadari bahwa semua orang mengalami ketidakpastian, merasa tidak aman, bertanya-tanya dan bermasalah yang  berkaitan dengan seksualitas
3. Tahap Marah
Kemarahan umumnya ditujukan pada diri sendiri, klien dan masyarakat dan Perawat mulai mengakui bahwa masalah yang berkaitan dengan seks dan seksualitas bersifat emosional
4. Tahap Tindakan
Pada tahap terakhir ini, perasaan marah mulai berkurang dan Perawat mulai menyadari bahwa menyalahkan diri sendiri atau masyarakat karena ketidaktahuannya, tidak akan membantu klien dengan masalah seksualnya
Dengan memahami ke empat tahap perkembangan kesadaran perawat tentang seksualitas, akan memudahkan dan memungkinkan perawat untuk menjalankan empat tugas utamanya sebagai perawat berkaitan dengan yang dikemukakan oleh Johnson, 1989 yaitu :
1.      Berpengetahuan tentang seksualitas dan norma masyarakat
2.      Menggunakan pengetahuan tersebut untuk memahami perbedaan antara perilaku dan sikap orang lain dengan diri sendiri sebagai akibat dari pengaruh sosial budaya
3.      Menggunakan pemahaman ini untuk membantu adaptasi klien dan keadaan sehat yang optimal dan Menyadari dan merasa nyaman dengan seksualitas diri sendiri







D.    KESIMPULAN
       Seksualitas adalah hubungan antar manusia yang merupakan pencetusan dari cinta antar individu,dimana daya tarik dan panca indera ikut berperan,hubungan dapat dirasakan sakral dan mulia secara wajar hanya di benarkan dalam ikatan perkawinan.
       Seksualitas sangat penting untuk di pelajari oleh seorang perawat.Mengingat tugas perawat yang utama adalah memberikan asuhan Keperawatan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap pasien.
       Perawat harus memanfaatkan nilai-nilai keperawatan dalam menerapkan etika dan moral disertai komitmen yang kuaat dalam mengemban peran profesionalnya.Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai dengan standar,melaksanakan advokasi,keadaan tersebut akan memberi jaminan bagi keselamatan pasien ,penghormatan trhadap hak-hak pasien ,akan berdampak terhadap keseimbangan seks dan seksualitas sangat penting dicapai oleh individu.


DAFTAR PUSTAKA

1.     Ali Zaidin,2001,dasar-dasar keperawatan Profesional,Widya Medikas,Jakarta
2.     Anita Murwani,Skep,Ns,2009,Pengantar Konsep dasar Keperawatan,edisi 2,Fitramaya,Jakarta.
3.     Bailon,SG dan maglaya,AS ,1987,Family Health Nursing:The proses,Phillipines:Up College on Nursing Diliman.
4.     Friedman,MM,1998,Family Nursing,Theory and assesment,Connecticut:Appleton-Century_cropt.
5.     Gaffar,Lj,1999,Pengantar Keperawatan Profesional.
6.     Hidayat,Alimul Aziz,AH,2004.Pengantar Konsep dasar keperawatan,Salemba Medika,jakarta
7.     Kakana,Sari Msutika,2007.’Stres dan adaptasi’,Media Online perawat dan perawatan Jiwa,
8.     Latipun,2003,”Psikologi Konseling”.Universitas Muhamadiya malang,Malang.
9.     Tarwoto dan Warotono,2006,Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan,edisi3,Salemba Medika,jakarta


No comments:

Post a Comment