BAB I
TINJAUAN
TEORITIS
A. Anatomi dan Fisiologi Retina
Anatomi Retina
Retina
adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan dan multilapis yang
melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding bola mata. Retina membentang
kedepan hamper sama jauhnya dengan corpus sillier, dan berakhir di tepi ora
serrata.
Retina mempunyai
tebal 0,1 mm pada kutub posterior. Di tengah-tengah retina posterior.
Fisiologi Retina
Retina
adalah jaringan paling kompleks di mata. Untuk melihat, mata harus berfungsi
sebagai suatu alat optis, sebagai suatu reseptor kompleks, dan sebagai suatu
trasdunces yang efektif. Sel-sel batang dan kerucut dilapisan fotoreseptor
mampu mengubah rangsangan cahaya memjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan
oleh lapisan, serta saraf retina melalui saraf optikus dan akhirnya ke korteks
penglihatan.
B. Pengertian
ü Retinoblastoma merupakan tumor ganas
intraokular yang ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia dibawah lima tahun.
Tumor berasal dari jaringan retino embrional (Mansjoer, 2005).
ü Retinoblastoma
adalah Tumor ganas dalam bola mata pada anak dan bayi sampai 5
tahun ( Sidarta Ilyas,
2002 ).
ü Retinoblastoma
adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel kerucut sel batang)
atau sel glia yang bersifat ganas.
ü Retinoblastoma adalah tumor retina
yang terdiri atas sel neuroblastik yang tidak berdiferensiasi dan merupakan
tumor ganas retina pada anak.
Jadi dari beberapa pengertian
diatas disimpulakan bahwa retinoblastoma adalah penyakit kanker mata
(retina) pada anak usia kurang dari 5 tahun
|
Merupakan
tumor ganas intraokuler yang ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia
dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional. Dapat terjadi
unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral bersifat
herediter yang diwariskan melalui kromosom.
Massa
tumor diretina dapat tumbuh kedalam vitreus (endofitik) dan tumbuh menembus
keluar (eksofitik). Pada beberapa kasus terjadi penyembuhan secara spontan.
Sering terjadi perubahan degeneratif, diikuti nekrosis dan kalsifikasi. Pasien
yang selamat memiliki kemungkinan 50% menurunkan anak dengan retinoblastoma.
Pewarisan ke saudara sebesar 4-7%.
C.
Etiologi
Retinoblastoma disebabkan oleh mutasi gen RB1, yang terletak pada lengan panjang kromosom 13 pada locus 14 (13q14) dan kode protein pRB, yang berfungsi sebagai supresor pembentukan tumor. pRB adalah nukleoprotein yang terikat pada DNA (Deoxiribo Nucleid Acid) dan mengontrol siklus sel pada transisi dari fase G1 sampai fase S. Jadi mengakibatkan perubahan keganasan dari sel retina primitif sebelum diferensiasi berakhir. Retinoblastoma normal yang terdapat pada semua orang adalah suatu gen supresor atau anti-onkogen. Individu dengan penyakit yang herediter memiliki satu alel yang terganggu di setiap sel tubuhnya, apabila alel pasangannya di sel retina yang sedang tumbuh mengalami mutasi spontan, terbentuklah tumor. Pada bentuk penyakit yang nonherediter, kedua alel gen Retinoblastoma normal di sel retina yang sedang tumbuh diinaktifkan oleh mutasi spontan.
D. Patofisiologi
Teori tentang histogenesis dari
Retinoblastoma yang paling banyak dipakai umumnya berasal dari sel prekursor
multipotensial (mutasi pada lengan panjang kromosom pita 13, yaitu 13q14 yang
dapat berkembang pada beberapa sel retina dalam atau luar. Pada intraokular,
tumor tersebut dapat memperlihatkan berbagai pola pertumbuhan yang akan
dipaparkan di bawah ini.
Pola Penyebaran Tumor
Pola pertumbuhan
Retinoblastoma Intraokular dapat
menampakkan sejumlah pola pertumbuhan, pada pola pertumbuhan endofitik, ini
tampak sebagai gambaran massa putih sampai coklat muda yang menembus membran
limitan interna. Retinoblastoma Endofitik kadang berhubungan dengan vitreus
seeding. Sel-sel dari Retinoblastoma yang masih dapat hidup terlepas dalam
vitreous dan ruang sub retina dan biasanya dapat menimbulkan perluasan tumor
melalui mata. Vitreous seeding sebagian kecil meluas memberikan gambaran klinis
mirip endopthalmitis,vitreous seeding mungkin juga memasuki bilik mata depan,
yang dapat berkumpul di iris membentuk nodule atau menempati bagian inferior
membentuk Pseudohypopyon
Tumor Eksofitik biasanya kuning
keputihan dan terjadi pada ruang subretinal, yang mengenai pembuluh darah
retina dan sering kali terjadi peningkatan diameter pembuluh darah dengan warna
lebih pekat. Retinoblastoma
eksofitik, berasal dari lapisan luar retina dan meluas ke koroid menyebabkan
solid RD, dapat meluas hingga ke sklera. Retinoblastoma eksofitik ini dapat
pula menyebabkan retinal detachment.
Invasi saraf optikus;
Dengan penyebaran tumor sepanjang
ruang sub arachnoid ke otak. Sel Retinoblastoma paling sering keluar dari mata
dengan menginvasi saraf optikus dan meluas kedalam ruang sub arachnoid.
Diffuse infiltration retina
Pola yang ketiga adalah
Retinoblastoma yang tumbuh menginfiltrasi luas yang biasanya unilateral,
nonherediter, dan ditemukan pada anak yang berumur lebih dari 5 tahun. Pada
tumor dijumpai adanya injeksi conjunctiva, anterior chamber seeding,
pseudohypopyon, gumpalan besar sel vitreous dan tumor yang menginfiltrasi
retina, karena masa tumor yang dijumpai tidak jelas, diagnosis sering
dikacaukan dengan keadaan inflamasi seperti pada uveitis intermediate yang
tidak diketahui etiologinya. Glaukoma sekunder dan Rubeosis Iridis terjadi pada
sekitar 50% kasus.
Penyebaran metastasis ke kelenjar
limfe regional, paru, otak dan tulang.
Sel tumor mungkin juga melewati
kanal atau melalui slera untuk masuk ke orbita. Perluasan ekstraokular dapat
mengakibatkan proptosis sebagaimana tumor tumbuh dalam orbita. Pada bilik mata
depan, sel tumor menginvasi trabecular messwork, memberi jalan masuk ke
limphatik conjunctiva. Kemudian timbul kelenjar limfe preauricular dan cervical
yang dapat teraba.
Di Amerika Serikat, pada saat
diagnosis pasien, jarang dijumpai dengan metastasis sistemik dan perluasan
intrakranial. Tempat metastasis Retinoblastoma yang paling sering pada anak
mengenai tulang kepala, tulang distal, otak, vertebra, kelenjar limphe dan
viscera abdomen.
Tumor mata ini, terbagi atas IV stadium, masing-masing:
v Stadium I: menunjukkan tumor masih
terbatas pada retina (stadium tenang)
v Stadium II: tumor terbatas pada bola
mata.
v Stadium III: terdapat perluasan
ekstra okuler regional, baik yang melampaui ujung nervus optikus yang dipotong
saat enuklasi.
v Stadium IV: ditemukan metastase jauh
ke dalam otak.
Pada beberapa kasus terjadi
penyembuhan secara spontan, sering terjadi
perubahan degeneratif, diikuti nekrosis dan klasifikasi. Pasien yang selamat
memiliki kemungkinan 50 % menurunkan anak dengan retinoblastoma.
E. Tanda dan Gejala
1.
Leukokoria
merupakan keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan.
2.
Tanda dini retinoblastoma adalah mata
juling, mata merah atau terdapatnya warna iris yang tidak normal.
3.
Tumor dengan ukuran sedang akan
memberikan gejala hipopion, di dalam bilik mata depan, uveitis, endoftalmitis,
ataupun suatu panoftalmitis.
4.
Bola mata menjadi besar, bila tumor
sudah menyebar luas di dalam bola mata.
5.
Bila terjadi nekrosis tumor, akan
terjadi gejala pandangan berat.
6.
Tajam penglihatan sangat menurun.
7.
Nyeri
8.
Pada tumor yang besar, maka mengisi
seluruh rongga badan kaca sehingga badan kaca terlihat benjolan berwarna putih
kekuning-kuningan dengan pembuluh darah di atasnya.
F.
Manifestasi Klinis
Bila
sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata , akan menyebabkan
glaucoma atau tanda-tanda peradangan berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan
tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui nervus
optikus ke otak, melalui sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan
metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat
bercak kuning mengkilat, dapat menonjol kebadan kaca. Di permukaan terdapat
neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara
limfogen, ke kelenjar limfe preaurikular dan submandibula dan, hematogen, ke
sumsum tulang dan visera, terutama hati.
G.
Klasifikasi
1. Golongan I
ü Tumor
soliter/multiple kurang dari 4 diameter papil.
ü Terdapat
pada atau dibelakang ekuator
ü Prognosis
sangat baik
2. Golongan II
ü Satu
atau beberapa tumor berukuran 4-10 diameter papil
ü Prognosis
baik
3. Golongan III
ü Tumor
ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter papil
ü Prognosis
meragukan
4. Golongan IV
ü Tumor
multiple sampai ora serata
ü Prognisis
tidak baik
5. Golongan V
ü Setengah
retina terkena benih di badan kaca
ü Prognosis
buruk
H.
Diagnosis Banding
Fibroplasia
retrolental, displasia retina , endoftalmitis nematoda, katarak, dan ablasi
retina.
A. Prognosis
Tumor
mempunyai prognosis baik bila ditemukan
dini dan intraokuler. Prognosis sangat buruk
bila sudah tersebar ekstra ocular pada
saat pemeriksaan pertama. Tumor dapat masuk ke dalam otak melalui
saraf optik yang terkena infiltrasi sel tumor.
J.
Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi
dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien dengan metastasis ke
luar, misalnya dengan gejala proptosis bola mata.
K. Penatalaksanaan
Tujuan
pengobatan dari retinoblastoma telah berubah secara dramatis sejak
beberapatahun belakangan sehubungan dengan evolusi dari kemajuan teknik
operasi. Tujuan dari terapi adalah diutamakan untuk menyelamatkan hidup pasien
dan juga mata pasien.
Tumor intraocular
A. Dini
: besar tumor < 4 disc diameter dan tebal
< 2,5 mm tergantung lokasi tumor dapat
dilakukan tindakan fotoagulasi dan atau krioterapi.
B. Untuk
tumor lanjut intraokular yang belum terjadi vitreous seeding, bola mata
dipertahankan tanpa dilakukan enukleasi dengan cara kemoreduksi pemberian kemoterapi
kombinasi Carboplatin etoposide
dan vitreuos sebanyak 2 siklus untuk mengecilkan massa tumor dilanjutkan
fokal terapi dengan fotokoagulasi atau terapikrio.
Lanjut
: stadium 4 dan 5 intraokular dan tajam penglihatan nol dilakukan tindakan bedah
pengangkatan bola mata (enukleasi). Pengobatan selanjutnya tergantung dari
pemeriksaan patologi anatomi. Bila hasil pemeriksaan patologi anatomi pada RB
unilateral menunjukkan tumor telah menembus sklera atau infiltrasi difus
kekoroid atau korpus; pengobatan dilanjutkan dengan kemoterapi. Khusus
untuk kasus dengan infiltrasi N.optikus post laminar pengobatan
dilanjutkan dengan radioterapi dan kemoterapi. Harus diingat bahwa pemberian
radioterapi pada anak < 2 tahun tidak dianjurkan.Untuk tumor bilateral tindakan pengobatan sesuai dengan masing-masing
stadium tumor. Bila hasil PA menunjukkan perluasan ekstratraokular pengobatan
dilanjutkan dengan kemoterapi dengan atau tanpa radioterapi.
Tumor ekstraokular
Klinis
dengan protopsis :
A. Bila
secara radiologi pada RB unilateral tidak ditemukan destruksi tulang
orbita,perluasan intrakranial dalam (-), metastasis jauh ( BMP / LP ) ( -) ;
dilakukan tindakan bedah mengangkat seluruh isi rongga mata (eksenterasi orbita),
dilanjutkan dengan radioterapi ( usia > 2 tahun ) dan kemoterapi.
B. Bila
secara radiologis pada RB unilateral ditemukan destruksi dinding orbita, atau metastase intrakranial dengan atau
tanpa metastase jauh, tidak perlu dilakukan tindakan bedah dan diberikan :
radioterapi ( usia > 2 tahun ) dan kemoterapic. Tumor disertai pembesaran
kelenjar regional, penderita diberikan pengobatan: radiasi ( >2 tahun ) pada
orbita dan kelenjar limfe yang membesar dilanjutkan dengan kemoterapid. Tumor
dengan metastasis jauh pada stadium lanjut ini gambaran kliniknya dapat sangat
bervariasi pada masing-masing penderita, oleh karenanya pengobatan berdasarkan
penilaian secara tersendiri kasus demi kasus ialah kemoterapi dan radioterapi
dapat dipertimbangkan kemudian.
BAB II
TINJAUAN ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1)
Pengkajian
yang penting untuk retinoblastoma
Sejak
kapan sakit mata dirasakan. Penting untuk mengetahui perkembangan penyakitnya,
dan sejauhmana perhatian klien dan keluarganya terhadap masalah yang dialami.
Retinoblastoma mempunyai prognosis baik bila ditemukan dini.
2)
Riwayat trauma sebelum atau sesudah ada
keluhan
Trauma
dapat memberikan kerusakan pada seluruh lapis kelopak ataupun bola mata.
Trauma sebelumnya dapat juga memberikan
kelainan pada mata tersebut sebelum meminta pertolongan.
3)
Apakah ada keluarga yang menderita
penyakit yang sama sebelumnya. Retinoblastoma bersifat herediter
yang diwariskan melalui kromosom, protein yang
selamat memiliki kemungkinan 50 %
menurunkan anak dengan retinoblastoma.
4)
Apakah pasien merasakan adanya perubahan
dalam matanya. Retinoblastoma dapat menyebabkan bola mata menjadi besar.
5)
Apakah ada keluhan lain yang menyertai
Keluhan
sakit kepala merupakan keluhan paling
sering diberikan oleh penderita. Adanya keluhan pada organ
lain juga bisa diakibatkan oleh tumor yang bermetastase.
6)
Penyakit mata sebelumnya
Kadang-kadang
dengan mengetahui riwayat penyakit mata
sebelumnya akan dapat menerangkan tambahan
gejala-gejala penyakit yang dikeluhkan penderita.
7)
Penyakit lain yang sedang diderita
Bila
sedang menderita penyakit lain dengan keadaan yang buruk, dapat pula
memperburuk keadaan klien
8)
Usia penderita
Dikenal
beberapa jenis penyakit
yang terjadi pada
usia tertentu. Retinoblastoma umumnya ditemukan
pada anak-anak, terutama pada usia di bawah
5 tahun.
9)
Riwayat Psikologi
Reaksi
pasien dana keluarganya terhadap gangguan penglihatan yang dialami pasien:
cemas, takut, gelisah, sering menangis, sering bertanya.
10)
Mekanisme koping
11)
Pemeriksaan Fisik Umum
Diperlukan
untuk mengetahui kemungkinan adanya keadaan umum yang dapat merupakan penyebab
penyakit mata yang sedang diderita.
12)
Pemeriksaan Khusus Mata
a.
Pemeriksaan tajam penglihatan
Pada
retinoblastoma, tumor dapat menyebar luas di dalam bola mata sehingga
dapat merusak semua organ di mata
yang menyebabkan tajam penglihatan sangat menurun.
b.
Pemeriksaan gerakan bola mata
Pembesaran
tumor dalam rongga mata akan menekan saraf dan bahkan dapat merusak saraf
tersebut dan apabila mengenai saraf III, IV, dan VI maka akan menyebabkan mata
juling.
c.
Pemeriksaan susunan mata luar dan
lakrimal
Pemeriksaan
dimulai dari kelopak mata, sistem lakrimal, konjungtiva, kornea,
bilik mata depan, iris,
lensa dan pupil. Pada
retinoblastoma didapatkan:
-
Leukokoria, Yaitu reflek pupil yang
berwarna putih.
-
Hipopion, Yaitu terdapatnya nanah di
bilik mata depan.
-
Hifema, Yaitu terdapatnya darah di bilik
mata depan
-
Uveitis, Yaitu terdapatnya darah di bilik mata depan
d.
Pemeriksaan Pupil
Leukokoria
(refleks pupil yang berwarna putih) merupakan keluhan dan
gejala yang
paling
sering
ditemukan pada
penderita dengan retinoblastoma.
e.
Pemeriksaan funduskopi
Menggunakan
oftalmoskopi untuk pemeriksaan media, papil
saraf optik, dan retina. Refleksi tak ada (atau gelap) akibat perdarahan
yang banyak dalam badan kaca.
f.
Pemeriksaan tekanan bola mata
Pertumbuhan
tumor ke dalam bola mata menyebabkan tekanan bola mata meningkat.
B.
Pengelompokan Data
1. Data Subjektif
·
Mengeluh nyeri pada mata
·
Sulit melihat dengan jelas
·
Mengeluh sakit kepala
·
Merasa takut
2. Data Objektif
·
Mata juling (strabismus)
·
Mata merah
·
Bola mata besar
·
Aktivitas kurang
·
Tekanan bola mata meningkat
·
Gelisah
·
Refleks pupil berwarna putih
(leukokoria)
·
Tajam penglihatan menurun
·
Sering menangis
·
Keluarga sering bertanya
·
Ekspresi meringis
·
Tak akurat mengikuti instruksi
·
Keluarga nampak murung
·
Keluarga nampak gelisah
·
Pertanyaan/pernyataan keluarga salah
konsepsi
C. Diagnose
1.
Nyeri b/d proses penyakit, inflamasi
2.
Gangguan persepsi sensori : visual b/d
gangguan penerimaan sensori
3.
Resiko cedera b/d keterbatasan lapang
pandang
4.
Perubahan status nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d status hipermetabolik
5.
Ansietas b/d perubahan status kesehatan
6.
Gangguan harga diri b/d kecacatan bedah
A. Intervensi
Diagnosa
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1. Nyeri
b/d proses penyakit, inflamasi
|
·
Melaporkan kehilangan nyeri
|
· Tentukan
riwayat nyeri mis : lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan intensitas (skala
0-10)
· Evaluasi
/ sadari terapi tertentsu mis : pembedahan, radiasi, kemoterapi.
· Berikan
tindakan kenyamanan dasar dan aktivitas hiburan
· Dorong
penggunaan keterampilan manajemen nyeri (mis : tekhnik relaksasi,
visualisasi) tertawa, music, sentuhan terapeutik
· Kolaborasi
: berikan analgesic sesuai indikasi
|
·
Informasi memberikan data dasar untuk
mengevaluasi kebutuhan keefektivan intervensi
·
Ketidaknyamanan rentang luas adalah
umum (mis : nyeri insisi)
·
Meningkatkan relaksasi dan membantu
menfokuskan kembali perhatian
·
Memungkinkan pasien untuk
berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa control
·
Nyeri adalah komplikasi sering dari
kanker, meskipun respon individual bebeda
|
2.
Gangguan persepsi sensori : visual b/d
gangguan penerimaan sensori
|
·
Mengenal
gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan
·
Mengidentifikasi/ memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
|
·
Pastikan derajat/tipe kehilangan
penglihatan
·
Dorong mengekspresikan perasaan
tentang kehilangan/kemumgkinan kehilangan penglihatan
·
Tunjukan pemberian tetes mata, contoh
menghitung tetesan, mengikuti jadwal, tidak salah dosis
·
Lakukan tindakan untuk membantu pasien
menangni keterbatasan penglihatan , contoh kurangi kekacauan, perbaiki sinar
suram dan masalah penglihatan malam
·
Kolaborasi : Siapkan
intervensi bedah sesuai indikasi: enuklasi
·
Pelaksanaan
krioterapi, fotokoagulasi laser, atau kombinasi sitostatik.
|
·
Mempengaruhi harapan masa depan pasien
dan pilihan intervensi.
·
Sementara intervensi dini mencegah
kebutaan, pasien menghadapi kemungkinan atau mengalami kehilangan penglihatan
·
Mengontrol TIO, mencegah kehilangan
penglihatan lanjut
·
Menurunkan bahaya keamanan sehubungan
dengan perubahan lapang pandang/kehilangan penglihatan dan akomodasi pupil
terhadap sinar lingkungan
·
Pengangkatan
bola mata, dilakukan apabila tumor sudah mencapai seluruh vitreous dan visus
nol, dilakukan untuk mencegah tumor bermetastasis lebih jauh.
·
Dilakukan
apabila tumor masih intraokuler, untuk mencegah pertumbuhan tumor akan
mempertahankan visus.
|
3.
Resiko cedera b/d keterbatasan lapang
pandang
|
·
Menyatakan pemahaman factor yang terlibat dalam
kemungkinan cedera.
·
Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan
keamanan
|
·
Batasi aktivitas seperti menggerakkan
kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membungkuk.
·
Anjurkan
keluarga memberikan mainan yang aman (tidak pecah), dan pertahankan pagar
tempat tidur.
·
Arahkan
semua alat mainan yang dibutuhkan klien pada tempat
·
Pemberian
analgesik, misalnya: acetaminophen (tyenol), empirin dengan kodein.
|
·
Menurunkan stress pada area operasi
atau menurunkan tekanan intraokuler
·
Menurunkan
resiko memecahkan mainan dan jatuh dari tempat tidur
·
Memfokuskan
lapang pandang dan mencegah cedera pada saat berusaha untuk
menjangkau mainan.
·
Digunakan
untuk mengatasi ketidaknyamanan, meningkatkan istirahat/mencegah gelisah.
|
4.
Perubahan status nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d status hipermetabolik
|
·
Mendemostrasikan berat badan stabil
·
Bebas tanda malnutrisi
|
·
Pantau masukan makanan setiap hari
·
Ukur tinggi, berat badan dan ketebalan
lipatan kulit trisep
·
Dorong pasien untuk makan diet tinggi
kalori kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat
·
Identifikasi pasien yang mengalami
mual/muntah yang diantisipasi
·
Dorang komunikasi terbuka mengenai
masalah anoreksia
|
·
Mengidentifikasi kekuatan/defisiensi
nutrisi
·
Membantu dalam identifikasi malnutrisi
protein-kalori, khususnya bila berat badan dan pengukuran antropometrik
·
Kebutuhan jaringan metabolic
ditingkatkan begitu juga cairan.
·
Mual muntah psikogenik terjadi sebelum
kemoterapi mulai secara umum tidak berespon terhadap obat antiemetic.
·
Sering sebagai sumber distress emosi,
khususnya untuk orang terdekat yang menginginkan untuk memberi makan pasien
dengan sering. Bila pasien menolak, orang terdekat dapat merasakan
ditolak/frustasi
|
5.
Ansietas b/d perubahan status
kesehatan
|
· Ansietas
menurun sampai pada tingkat yang dapat diatasi
· Menggunakan
sumber secara efektif
|
·
Kaji tingkat ansietas, derajat
pengalaman nyeri dan pengetahuan kondisi saat ini.
·
Dorong pasien untuk mengakui masalah
dan mengekspresikan perasaan.
·
Berikan informasi yang akurat dan
jujur.
|
·
Mempengaruhi persepsi pasien terhadap
ancaman diri, dapat mempengaruhi upaya medic untuk mengontrol TIO
·
Memberikan kesempatan pasien untuk
menerima situasi nyata.
·
Menurunkan ansietas sehubungan dengan
ketidaktahuan/harapan yang akan datang
|
6.
Gangguan harga diri b/d kecacatan
bedah
|
· Mengungkapakan
pemahaman mekanisme koping untuk menghadapi masalah secara efektif
|
·
Dikskusikan dengan pasien/orang
terdekat/orang tua bagaimana diagnosis dan pengobatan yang mempengaruhi
kehidupan pribadi pasien/rumah dan akivitas bermain
·
Evaluasi struktur yang ada dan
digunakan oleh pasien/orang terdekat
·
Berikan dukungan emosi untuk
pasien/orang terdekat selama tes diagnostic dan fase pengobatan
·
Gunakan sentuhan selam interaksi. Bila
dapat diterima pada pasien dan mempertahankan kontak mata
|
·
Membantu memastikan masalah untuk
memulai proses pemecahan masalah
·
Membantu merencanakan perawatan saat
di Rumah Sakit serta setelah pulang
·
Meskipun beberapa pasien beradaptasi
diri dengan efek kanker atau efek samping terapi;banyak memerlukan dukungan
tambahan selama periode ini
·
Pastikan individualitas dan penerimaan
penting dalam menurunkan perasaan pasien tentang ketidakamanan dan keraguan
diri
|
DAFTAR
PUSTAKA
Doenges,
Marilynn, E., et. al., 1999, Rencana
Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Ganong,
William, F., 1998, Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran, Edisi 17, EGC, Jakarta.
Mansjoer, A.,
et. al. 2001, Kapita Selekta Kedokteran,
Jilid I, Edisi III, Cetakan IV, Media Aekulapius. FK-UI, Jakarta.
Oswari hanifah,
dkk. 123 Penyakit dengan Gangguan Pada
Anak. 2009. BIP : Jakarta
No comments:
Post a Comment