KONSEP DASAR
I. Pengertian
Penyakit Jantung Bawaan ( PJB )
merupakan kelainan susunan jantung yang sudah dalam kandungan. Tetapi kelainan
jantung ini tidak memberikan gejala yang segera setelah bayi lahir, tidak
jarang kelainan ini.muncul setelah pasien berumur beberapa
bulan atau tahun. ( Asuhan Keperawtan Bayi dan Anak, hal 118 )
Kelainan jantung bawaan AS TGA ( Atrial
Septal Transposition Of The Great Arteries ) merupakan kelainan pada jantung
berupa celah atau defect antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan, terjadi
perpindahan asal dari aorta dan arteri pulmonalis, dimana aorta keluar dari
ventrikel kanan dan arteri pulmonal dari ventrikel kiri. ( Ngastiah,hal
110 )
II. Etiologi
Penyakit jantung bawaan diduga terjadi
dimasa embrional. Disebabkan :
a. Factor genetic.
1. Adanya gen – gen mutan tunggal ( dominan autosomal, resesif
autosomal, atau terkait – X ) yang biasanya menyebabkan penyakit jantung bawaan
sebagai bagian dari suatu kompleks kelainan.
2. Kelainan kromosom juga menyebabkan penyakit jantung kongenital sebagai
bagian suatu kompleks lesi.
3. Factor gen multifaktorial, dipercaya merupakan dasar terjadinya
duktus anterious paten dan dasar penyakit congenital lainnya.
b. Factor lingkungan.
1. Lingkungan janin, ibu yang diabetic atau ibu yang meminum
progesterone saat hamil mungkin akan mengalami peningkatan resiko untuk
mempunyai anak dengan penyakit jantung congenital.
2. Lesi viral. Emriopati rubella sering menyebabkan stenosis pulmonal
perifer, duktus arteosus paten dan kadang – kadang stenosis katup pulmonal.
III. Manifestasi Klinis
a. Bayi lahir dalam keadaan sianosis, pucat kebiru – biruan yang
disebut Picasso Blue. Sianosis merata keseluruh tubuh kecuali jika
resistensi vascular paru sangat tinggi, dibagian tubuh sebelah atas akan
lebih sianotik dibandingbagian bawah.
b. Pada foto merah terlihat jelas gambaran pembuluh darah abnormal.
c. Pada umur tiga bulan, terjadi kelambatan penambahan berat badan dan
panjang badan serta perkembangan otak terganggu.
d. Disertai pulmonal stenosis sering timbul serangan anoksia, yang
menandakan bahaya kematian.
e. Bila terdapat gejala takipnea, maka tanda adanya gejala gagal
jantung.
f. Pada aliran darah paru yang meningkat menunjukkan penampangan
anterior – posterior dada bertambah.
g. Pada anak besar, tampak jelas voussure cardiac ke
kiri.
IV. Patofosiologi
Kelainan jantung dapat terjadi pada masa
embrio ( hari ke – 10 sampai minggu ke – 8 ) karena penggunaan obat – obatan
oleh ibu seperti terapi progesterone, Toxoplasmosis, Rybella, Cytomegalovirus,
Herpes ( TORCH ) yang diderita ibu. Hal ini menyebabkan ketidaksempurnaan
pembelahan sel embrio untuk membentuk jantung janin.
V. Penatalaksanaan Medik
Dengan operasi, memungkinkan pasien
dapat bertahan hidup setelah klien berumur 2 tahun. Jika sering mengalami spell, segera
operasi paliatif ( BT shunt – membuat saluran dari arteri
subklavia ke arteri pulmonal.). ( Pediatrica, hal III.29 )
VI. Penyimpangan KDM
Penyakit yang diderita ibu saat hamil atau penggunaan
obat-obatan
Ketidaksempurnaan
Pembelahan sel membentuk jantung
Perpindahan letak
aorta Dan arteri pulmonalis
Aorta keluar dari
ventrikel Kanan dan arteri pulmonalis Dari ventrikel kiri jantung
Kelainan pada struktur pulmonal dan kardiak
Metabolisme tubuh
terganggu penurunan co b/d defek struktur
Penurunan ATP
Tubuh Lemas dan tak bertenaga
intoleransi aktifitas sianosis saat janin lahir Kekurangan O2 dalam
tubuh
gangguan
pertumbuhan
perubahan
struktur keluarga anak penyakit jantung dan perkembangan
pengobatan rutin yang harus dijalani anak
KONSEP KEPERAWATAN
I. Pengkajian
a. Usia.
Perlu diketahui pada
usia berapa gejala mulai muncul.
b. Pertumbuhan dan perkembangan .
Terjadi gangguan
perkembangan fisik anak, terutama berat badan.
c. Pola aktifitas.
Tidak mampu melakukan
banyak aktifitas karena akan menyebabkan sianosis.
d. Tanda – tanda vital.
Suhu relative normal
bila tidak terjadi infeksi. Pada bayi akan menetek sering terhenti karena
kesulitan bernafas.
e. Pemeriksaan penunjang, berupa :
1. Ultra Sono Grafi ( USG ) untuk menentukan besar jantung, bentuk
vaskularisasi paru, sera untuk mengetahui keadaan thymus, trachea, dan
esophagus.
2. Electro Cardiografi ( ECG ), untuk menetahui adanya aritmia atau
hipertropi.
3. Echo Cardiografi, untuk mengetahui hemodinamik dan anatomi jantung.
4. Kateterisasi dan Angigrafi, untuk mengetahui gangguan anatomi
jantung yang dilakukan dengan tindakan pembedahan.
5. Pemeriksaan laboratorium, berupa pemeriksaan darah untuk serum
elektrolit, Hb, packet cell volume ( PCV ) dan kadar gula.
( Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, hal. 120 )
II. Diagnose
a. Penurunan cardiac output b/d defek struktur.
b. Intoleransi aktifitas b/d sianosis
c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d ketidakkuatan oksigen dan
nutrient pada jaringan.
d. Perubahan proses keluarga b/d mempunyai anak dengan penyakit
jantung.
III. Tujuan dan Intervensi serta Rasional
a. Penurunan cardiac output b/d defek struktur.
Tujuan : Pasien menunjukkan perbaikan curah jantung
Intervensi :
1. Kaji CO klien. Mengetahui CO klien untuk intervensi selanjutnya.
2. Beri istirahat yang cukup pada klien pada ruangan yang nyaman dan
tenang.
Ruangan tenang dan
nyaman mampu membuat klien rileks.
3. Hindari suhu lingkungan yang ekstrem.
Hipoermia atau
hipertermia akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
4. Kolaborasi dengan tim dokter untuk pemberian Digoxin ( digitalisasi
) dan juga observasi TTV selama pemberian obat.
Tanda – tanda oksitasi
digitalis berupa nadi tidak teratur, mual dan muntah, maka hentikan pemberian
obat. Setelah membaik, lakukan pengobatan mulai dari awal.
b. Intoleransi aktifitas b/d sianosis.
Tujuan : Bantu pemenuhan kebutuhan aktifitas anak.
Intervensi :
1. Beri istirahat yang cukup dengan ruangan yang nyaman dan tenang. Ruangan
tenang dan nyaman mampu membuat klien rileks.
2. Bantu untuk melakukan aktifitas yang disukai.
Menghindari traumatic
care.
3. Hindari perubahan suhu yang mendadak dan aktifitas yang berlebihan.
Perubahan suhu yang
mendadak memicu jantung untuk bekerja lebih keras guna memenuhi O2.
4. Anjurkan orangtua untuk bermain bersama
Mengoptimalkan
perkembangan dan pertumbuhan anak, serta mengurangi dampak traumatic care.
c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d ketidakkuatan oksigen dan
nutrisi pada jaringan.
Tujuan : Anak mengikuti kurva pertumbuhan berat badan dan tinggi badan.
Intervensi :
1. Beri makanan yang cukup gizi.
Makanan cukup gizi
membantu pertumbuhan anak.
2. Beri makanan yang mengandung sumber Fe.
Makanan sumber Fe
untuk membant umeningkatkan kadar oksigen dalam darah.
3. Beri diet tinggi nutrisi yang seimbang.
Untuk mencapai
pertumbuhan yang ade kuat.
4. Pantau tinggi dan berat badan, gambarkan pada grafik pertumbuhan.
Untuk menentukan
kecendrungan pertumbuhan.
5. Lakukan aktifitas bermain bersama anak.
Untuk merangsang
perkembangan anak.
6. Anjurkan orangtua untuk bermain bersama
Mengoptimalkan
perkembangan dan pertumbuhan anak, serta mengurangi dampak traumatic care.
d. Perubahan proses keluarga b/d mempunyai anak dengan penyakit
jantung.
Tujuan : Anak dan keluarga mengalami penurunan rasa takut dan cemas.
Intervensi :
1. Diskusikan dengan orangtua dan anak tentang ketakutan mereka dan
masalah defek jantung serta gejala fisik pada anak.
Mengurangi ansietas
keluarga dan klien.
2. Dorong keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan selama anak
dihospitalisasi.
Memudahkan kopping
yang lebih baik dirumah.
3. Dorong keluarga untuk memasukkan orang lain dalam perawatan anak.
Mencegah kelelahan
klien.
4. Bantu keluarga untuk menentukan aktifitas fisik dan metode disiplin
yang tepat untuk anak.
Memberi dukungan
kelurga untuk mengambil keputusan pada kegiatan anak.
IV. Evaluasi
a. Penurunan cardiac output b/d defek struktur..
Evaluasi : frekuensi
jantung, tekanan darah dan perfusi perifer dalam batas normal.
b. Intoleransi aktifitas.
Evaluasi : anak mampu
melaksanakan aktifitas sehari – hari.
c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d ketidakadekuatan oksigen
dan nutrisi pada jaringan.
Evaluasi : perkembangan
dan pertumbbuhan sesuai umur anak dan adekuat.
d. Perubahan proses keluarga b/d mempunyai anak dengan penyakit
jantung.
Evaluasi :keluarga dan
klien menunjukkan kemampuan dan motivasi untuk perawatan rumah. (
Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik )
DAFTAR PUSTAKA
Mirzanie, Hanifah. 2006. Pediatrica. Tosca Enterprise
: Jogjakarta.
Ngastiah. 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. EGC :
Jakarta.
Nursalam. dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan
Anak. Salemba Medika : Jakarta.
Rudolph, Abraham M. dkk. 2007. Buku Ajar
Pediatrik Rudolp Volume 3. EGC : Jakarta.
Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan
Pediatrik, edisi 4. Jakarta ; EGC.
No comments:
Post a Comment