BAB I
TINJAUAN
TEORITIS
A. DEFINISI
Malaria
adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasit dari genus
Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles dengan gambaran
penyakit berupa demam yang sering periodik, anemia, pembesaran limpa dan
berbagai kumpulan gejala oleh karena pengaruhnya pada beberapa organ misalnya
otak, hati dan ginjal.
Malaria merupakan
penyakit infeksi akut hingga kronik yang disebabkan oleh satu atau lebih
spesies Plasmodium, ditandai dengan panas tinggi bersifat intermiten, anemia,
dan hepatosplenomegali. Plasmodium falciparum menyebabkan malaria tropikana, Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana,
Plasmodium ovale menyebabkan
malaria ovale, Plasmodium malariae menyebabkan malaria kuartana.
B. KLASIFIKASI
Menurut Harijanto (2000) pembagian jenis-jenis
malaria berdasarkan jenis plasmodiumnya antara lain sebagai berikut :
Ø Malaria
Tropika (Plasmodium Falcifarum)
Malaria tropika/ falciparum malaria tropika
merupakan bentuk yang paling berat, ditandai dengan panas yang ireguler,
anemia, splenomegali, parasitemia yang banyak dan sering terjadi komplikasi.
Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika menyerang semua bentuk eritrosit.
Disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil
yang berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya
spesies yang memiliki 2 kromatin inti (Double Chromatin).
Plasmodium Falcifarum menyerang sel darah
merah seumur hidup. Infeksi Plasmodium Falcifarum sering kali menyebabkan sel
darah merah yang mengandung parasit menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat
pada lapisan endotel dinding kapiler dengan akibat obstruksi trombosis dan iskemik
lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan angka
komplikasi tinggi (Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid Malaria,
dan Black Water Fever).
Ø Malaria
Kwartana (Plasmoduim Malariae)
Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang
serupa dengan Plasmoduim vivax, lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/
lebih biru. Tropozoit matur mempunyai granula coklat tua sampai hitam dan
kadang-kadang mengumpul sampai membentuk pita. Skizon Plasmodium malariae
mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti kelopak bunga/ rossete. Bentuk
gametosit sangat mirip dengan Plasmodium vivax tetapi lebih kecil. Ciri-ciri
demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri pada kepala dan
punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum. Komplikasi yang jarang
terjadi namun dapat terjadi seperti sindrom nefrotik dan komplikasi terhadap
ginjal lainnya. Pada pemeriksaan akan di temukan edema, asites, proteinuria,
hipoproteinemia, tanpa uremia dan hipertensi.
Ø Malaria
Ovale (Plasmodium Ovale)
Malaria Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya
mirip Plasmodium malariae, skizonnya hanya mempunyai 8 merozoit dengan masa
pigmen hitam di tengah. Karakteristik yang dapat di pakai untuk identifikasi
adalah bentuk eritrosit yang terinfeksi Plasmodium Ovale biasanya oval atau
ireguler dan fibriated. Malaria ovale merupakan bentuk yang paling ringan dari
semua malaria disebabkan oleh Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari, walau
pun periode laten sampai 4 tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang
terjadi lebih dari 10 kali walau pun tanpa terapi dan terjadi pada malam hari.
Ø Malaria
Tersiana (Plasmodium Vivax)
Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya
menginfeksi eritrosit muda yang diameternya lebih besar dari eritrosit normal.
Bentuknya mirip dengan plasmodium Falcifarum, namun seiring dengan maturasi,
tropozoit vivax berubah menjadi amoeboid. Terdiri dari 12-24 merozoit ovale dan
pigmen kuning tengguli. Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi seluruh
eritrosit, kromatinin eksentris, pigmen kuning. Gejala malaria jenis ini secara
periodik 48 jam dengan gejala klasik trias malaria dan mengakibatkan demam
berkala 4 hari sekali dengan puncak demam setiap 72 jam.
Dari
semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang system tubuh, malaria
tropika merupakan malaria yang paling berat di tandai dengan panas yang
ireguler, anemia, splenomegali, parasitemis yang banyak, dan sering terjadinya
komplikasi.
C. ETIOLOGI
Malaria
pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk betina Anopheles. Lebih dari
400 spesies Anopheles di dunia, hanya sekitar 67 yang terbukti mengandung
sporozoit dan dapat menularkan malaria.
Karakteristik
nyamuk Anopeles adalah sebagai berikut :
1)
Hidup di daerah tropic dan sub
tropic, ditemukan hidup di dataran rendah
2)
Menggigit antara waktu senja
(malam hari) dan subuh hari
3)
Biasanya tinggal di dalam rumah,
di luar rumah, dan senang mengigit manusia (menghisap darah)
4)
Jarak terbangnya tidak lebih dari
2-3 km
5)
Pada saat menggigit bagian
belakangnya mengarah ke atas dengan sudut 48 derajat
6)
Siklus hidupnya memerlukan waktu
± 1 minggu, yang biasanya :
Ø Fase seksual eksogen (sporogoni) dalam tubuh nyamuk.
Ø Fase aseksual (skizogoni) dalam tubuh hospes
perantara/manusia
Daur dalam darah
(skozogoni eritrosit)
daur dalam sel
parenkim hati/stadium jaringan (skizogoni ekso-eritrosit).
Ø Lebih
senang hidup di daerah rawa
7)
Sarang nyamuk Anopheles
bervariasi, ada yang di air tawar, air payau dan ada pula yang bersarang pada
genangan air pada cabang-cabang pohon yang besar (Slamet, 2002, hal 103).
Menurut
Harijanto (2000) ada empat jenis plasmodium yang dapat menyebabkan infeksi, yaitu:
a)
Plasmodium vivax, merupakan
infeksi yang paling sering dan menyebabkan malaria tertiana/ vivaks (demam pada
tiap hari ke tiga).
b)
Plasmodium falciparum, memberikan
banyak komplikasi dan mempunyai perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten
dengan pengobatan dan menyebabkan malaria tropika/ falsiparum (demam tiap 24-48
jam).
c)
Plasmodium malariae, jarang
ditemukan dan menyebabkan malaria quartana/malariae (demam tiap hari empat).
d)
Plasmodium ovale, dijumpai pada
daerah Afrika dan Pasifik Barat, diIndonesia dijumpai di Nusa Tenggara dan
Irian, memberikan infeksi yang paling ringan dan dapat sembuh spontan tanpa
pengobatan, menyebabkan malaria ovale.
Masa
inkubasi malaria bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh dan spesies
plasmodiumnya. Masa inkubasi Plasmodium vivax 14-17 hari, Plasmodium ovale
11-16 hari, Plasmodium malariae 12-14 hari dan Plasmodium falciparum 10-12 hari
(Mansjoer, 2001).
D. PATOFISIOLOGI
Terjadinya
infeksi oleh parasit Plasmodium ke dalam tubuh manusia dapat terjadi melalui
dua cara yaitu :
1)
Secara alami melalui gigitan
nyamuk anopheles betina yang mengandung parasit malaria.
2)
Induksi yaitu jika stadium
aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam darah manusia, misalnya melalui
transfuse darah, suntikan, atau pada bayi yang baru lahir melalui plasenta ibu
yang terinfeksi (congenital).
Patofisiologi
malaria sangat kompleks dan mungkin berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut.
a)
Penghancuran eritrosit yang
terjadi oleh karena :
Ø Pecahnya
eritrosit yang mengandung parasit
Ø Fagositosis
eritrosit yang mengandung dan tidak mengandung parasit
Akibatnya
terjadi anemia dan anoksia jaringan dan hemolisis intravaskuler
b)
Pelepasan mediator
Endotoksin-makrofag
Pada
proses skizoni yang melepaskan endotoksin, makrofag melepaskan berbagai
mediator endotoksin.
c)
Pelepasan TNF ( Tumor necrosing
factor atau factor nekrosis tumor )
Merupakan
suatu monokin yang dilepas oleh adanya parasit malaria. TNF ini bertanggung
jawab terhadap demam, hipoglikemia, ARDS.
d)
Sekuetrasi eritrosit
Eritrosit
yang terinfeksi dapat membentuk knob di permukaannya. Knob ini mengandung
antigen malaria yang kemudian akan bereaksi dengan antibody. Eritrosit yang
terinfeksi akan menempel pada endotel kapiler alat dalam dan membentuk gumpalan
sehingga terjadi bendungan.
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinik
malaria pada anak sangat bervariasi
dan sering tidak khas. Pada anak besar, semua gejala klinik
dapat tampak, selain reaksi
radang yang sistemik, juga manifestasi pada organ, mulai dari gejala SSP, ginjal,
paru maupun gangguan faal.
1)
Demam
Demam
periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporolasi). Pada
Malaria Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan skizon tiap 48 jam maka
periodisitas demamnya setiap hari ke-3, sedangkan Malaria Kuartana (P.
Malariae) pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap
serangan di tandai dengan beberapa serangan demam periodik.
Gejala
umum (gejala klasik) yaitu terjadinya “Trias Malaria” (malaria proxysm) secara
berurutan:
·
Periode dingin.
Mulai menggigil, kulit kering dan dingin,
penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat
menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, pucat sampai
sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1
jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.
·
Periode panas.
Muka merah, kulit panas dan kering, nadi
cepat dan panas tetap tinggi sampai 40oC atau lebih, respirasi meningkat, nyeri
kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah, dapat terjadi syok (tekanan darah
turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak). Periode ini lebih lama
dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan
berkeringat.
·
Periode berkeringat.
Penderita berkeringat mulai dari temporal,
diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperatur turun, penderita merasa capai
dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat
melakukan pekerjaan biasa.
2)
Splenomegali
Splenomegali
adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas Malaria Kronik. Limpa
mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras karena timbunan pigmen
eritrosit parasit dan jaringan ikat bertambah (Corwin , 2000, hal. 571).
Pembesaran limpa terjadi pada beberapa infeksi ketika membesar sekitar 3 kali
lipat. Lien dapat teraba di bawah arkus costa kiri, lekukan pada batas
anterior. Pada batasan anteriornya merupakan gambaran pada palpasi yang
membedakan jika lien membesar lebih lanjut. Lien akan terdorong ke bawah ke
kanan, mendekat umbilicus dan fossa iliaca dekstra.
3)
Anemia
Derajat
anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia karena
Falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan
Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time). Gangguan
pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang
(Mansjoer. dkk, Hal. 411).
F. PENATALAKSANAAN
I.
Medikamentosa
1)
Untuk semua
spesies Plasmodium, kecuali P.falciparum yang resisten terhadap
klorokuin.
§ Klorokuin sulfat oral, 25 mg/kgbb terbagi dalam 3 hari
yaitu 10 mg/kg bb pada hari ke-1 dan 2, serta 5 mg/kg bb pada hari ke-3.
§ Kina dihidroklorid intravena 1mg garam/kg bb/dosis dalam
10 cc/kg bb larutan dekstrosa 5% atau
larutan NaCl 0,9%, diberikan per infus dalam 4 jam, diulangi tiap 8 jam dengan
dosis yang sama sampai terapi oral dapat dimulai. Keseluruhan pemberian obat
adalah 7 hari dengan dosis total 21 kali.
§ Lini pertama untuk P. falciparum adalah tablet
artesunat (4 mg/kgBB dosis tunggal/hari/oral,
hari 1, 2, 3) + tablet amodiakuin (10 mg basa/kgBB/hari, hari 1, 2, 3) +
tablet primakuin (dosis 0.75 mg basa/kgBB/oral dosis tunggal pada hari 1). Lini
kedua digunakan tablet kina (30mg/kgBB/hari, dibagi 3 dosis) + tetrasiklin (50
mg/kgBB, 4 dosis)/doksisiklin (2 mg/kgBB/hari, 2 dosis) + primakuin (dosis
tunggal)
2)
Plasmodium falciparum yang resisten
terhadap klorokuin
§ Kuinin sulfat oral 10 mg/kg bb/dosis, 3 kali sehari,
selama 7 hari.
Dosis untuk bayi adalah 10 mg/umur dalam bulan dibagi 3
bagian selama 7 hari.
§ Ditambah Tetrasiklin oral 5 mg/kg bb/kali, 4 kali sehari
selama 7 hari (maksimum 4 x 250 mg/hari)
3)
Regimen alternatif
§ Kuinin sulfat oral
§ Kuinin dihidroklorid intravena ditambah Pirimetamin
sulfadoksin (fansidar) oral
Tabel 1. Dosis pirimetamin
sulfadoksin (fansidar) menurut umur
Umur
(Tahun)
|
Pirimetamin sulfadoksin (Tablet)
|
< 1
|
1/4
|
1-3
|
1/2
|
4-8
|
1
|
9-14
|
2
|
> 14
|
3
|
4)
Pencegahan relaps
Primakuin fosfat oral
§ Malaria falciparum : 0,5-0,75 mg/kgbb, dosis
tunggal, pada hari pertama pengobatan
§ Malaria vivax, malariae, dan ovale : 0,25
mg/kg bb, dosis tunggal selama 5-14 hari.
II.
Suportif
1)
Pemberian cairan, nutrisi, transfusi darah
§ Penuhi kebutuhan volume cairan intravaskular dan jaringan
dengan pemberian oral atau parenteral.
§ Pelihara keadaan nutrisi.
§ Transfusi darah pack red cell 10 ml/kg bb atau whole
blood 20 ml/kg bb apabila anemia dengan Hb < 7,1g/dl.
§ Bila terjadi perdarahan, diberikan komponen darah yang
sesuai.
§ Pengobatan gangguan asam basa dan elektrolit.
§ Pertahankan fungsi sirkulasi dengan baik, bila perlu
pasang CVP. Dialisis peritoneal
dilakukan pada gagal ginjal.
§ Pertahankan oksigenasi jaringan, bila perlu berikan
oksigen. Apabila terjadi gagal nafas perlu pemasangan ventilator mekanik (bila
mungkin).
§ Pertahankan kadar gula darah normal.
2)
Antipiretik
Diberikan apabila demam > 39 C, kecuali pada riwayat
kejang demam dapat diberikan lebih awal.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1)
Pemeriksaan Mikroskopis Malaria
Diagnosis
malaria sebagai mana penyakit pada umumnya didasarkan pada manifestasi klinis
(termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit (plasmodium)
di dalam penderita. Uji imunoserologis yang dirancang dengan bermacam-macam
target dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam menunjang
diagnosis malaria atau ditujukan untuk survey epidemiologi di mana pemeriksaan
mikrokopis tidak dapat dilakukan. Diagnosis definitif demam malaria ditegakan
dengan ditemukanya parasit plasmodium dalam darah penderita. Pemeriksaan
mikrokropis satu kali yang memberi hasil negatif tidak menyingkirkan diagnosis
deman malaria. Untuk itu diperlukan pemeriksaan serial dengan interval antara
pemeriksaan satu hari.
Pemeriksaan
mikroskropis membutuhkan syarat-syarat tertentu agar mempunyai nilai diagnostik
yang tinggi (sensitivitas dan spesifisitas mencapai 100%).
1)
Waktu pengambilan sampel harus
tepat yaitu pada akhir periode demam
memasuki periode berkeringat. Pada periode ini jumlah trophozoite dalam
sirkulasi dalam mencapai maksimal dan cukup matur sehingga memudahkan
identifikasi spesies parasit.
2)
Volume yang diambil sebagai
sampel cukup, yaitu darah kapiler (finger prick) dengan volume 3,0-4,0 mikro
liter untuk sediaan tebal dan 1,0-1,5 mikro liter untuk sedian tipis.
3)
Kualitas perparat harus baik
untuk menjamin identifikasi spesies plasmodium yang tepat.
4)
Identifikasi spesies plasmodium
5)
Identifikasi morfologi sangat
penting untuk menentukan spesies plasmodium dan selanjutnya digunakan sebagai
dasar pemilihan obat.
2)
QBC (Semi Quantitative Buffy
Coat)
Prinsip
dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium yang dapat mengikat
acridine orange akan mengidentifikasi eritrosit terinfeksi plasmodium. QBC
merupakan teknik pemeriksaan dengan menggunakan tabung kapiler dengan diameter
tertentu yang dilapisi acridine orange tetapi cara ini tidak dapat membedakan
spesies plasmodium dan kurang tepat sebagai instrumen hitung parasit.
3)
Pemeriksaan Imunoserologis
Pemeriksaan
imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi antibodi spesifik terhadap
paraasit plasmodium maupun antigen spesifik plasmodium atau eritrosit yang
terinfeksi plasmodium teknik ini terus dikembangkan terutama menggunakan teknik
radioimmunoassay dan enzim immunoassay.
4)
Pemeriksan Biomolekuler
Pemeriksaan
biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik parasit/ plasmodium dalam
darah penderita malaria.tes ini menggunakan DNA lengkap yaitu dengan melisiskan
eritrosit penderita malaria untuk mendapatkan ekstrak DNA.
BAB II
ASUHAN
KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1)
Data Demografi
Ø Nama
Anak
Ø Umur
Ø Jenis
Kelamin
Ø Alamat
2)
Dasar data pengkajian
Ø Aktivitas/
istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum
Tanda : Takikardi, Kelemahan otot dan
penurunan kekuatan.
Ø Sirkulasi
Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit
menurun. Denyut perifer kuat dan cepat (fase demam) Kulit hangat, diuresis
(diaphoresis ) karena vasodilatasi. Pucat dan lembab (vaso kontriksi),
hipovolemia,penurunan aliran darah.
Ø Eliminasi
Gejela : Diare atau konstipasi; penurunan
haluaran urine
Tanda : Distensi abdomen
Ø Makanan
dan cairan
Gejala : Anoreksia mual dan muntah
Tanda : Penurunan berat badan, penurunan
lemak subkutan, dan Penurunan masa
otot. Penurunan haluaran urine, kosentrasi urine.
Ø Neuro
sensori
Gejala : Sakit kepala, pusing dan pingsan.
Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau mental,
disorientas deliriu atau koma.
Ø Pernapasan.
Tanda : Takipnea dengan penurunan kedalaman
pernapasan .
Gejala : Napas pendek pada istirahat dan
aktivitas.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
·
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang tidak adekuat:
anorexia, mual/muntah
·
Resiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan penurunan sistem kekebalan tubuh
·
Hipertermia berhubungan dengan
peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung sirkulasi kuman pada
hipotalamus.
·
Perubahan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman
oksigen dan nutrien dalam tubuh.
·
Kecemasan
berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
INTERVENSI
NO
|
DIAGNOSA
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1
|
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang tidak adekuat:
anoreksia, mual/muntah
|
· Kebutuhan nutrisi anak dapat terpenuhi
· Tidak terjadi penurunan berat badan secara drastis
|
·
Kaji
riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Observasi dan catat masukan
makanan anak.
·
Berikan
makan sedikit tetapi sering dan
makanan tambahan kecil yang tepat.
·
Pertahankan
jadwal penimbangan berat badan secara teratur.
·
Observasi
dan catat kejadian mual/ muntah, dan gejala lain yang berhubungan.
|
·
Mengawasi
masukan kalori atau kualitas kekeurangan konsumsi makanan.
·
Dilatasi
gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah periode
anoreksia
·
Mengawasi
penurunan berat badan atau efektifitas intervensi nutrisi
·
Gejala GI
dapat menunjukan efek anemia (hipoksia) pada organ
|
2
|
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
penurunan sistem kekebalan tubuh: prosedur tindakan invasif
|
· Tidak menunjukkan tanda-tanda
infeksi
· Anak bebas dari infeksi
|
· Pantau terhadap kecenderungan peningkatan suhu tubuh.
· Amati adanya menggigil dan diaforosis.
· Memantau tanda - tanda penyimpangan kondisi/ kegagalan
untuk memperbaiki selama masa terapi.
· Berikan obat anti infeksi sesuai petunjuk.
|
· Demam disebabkan oleh efek endoktoksin pada hipotalamus
dan hipotermia adalah tanda tanda penting yang merefleksikan perkembangan
status syok/ penurunan perfusi jaringan.
· Menggigil sering kali mendahului memuncaknya suhu pada
infeksi umum.
· Dapat menunjukkan ketidak tepatan terapi antibiotik atau
pertumbuhan dari organisme.
· Dapat memberikan
imunitas sementara untuk infeksi umum
|
3
|
Hipertermia berhubungan dengan
peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung sirkulasi kuman pada
hipotalamus.
|
·
Suhu
tubuh anak normal
|
·
Pantau
suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil.
·
Pantau
suhu lingkungan.
·
Berikan
kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.
·
Berikan
antipiretik.
|
·
Hipertermi
menunjukan proses penyakit infeksius akut. Pola demam menunjukkan diagnosis.
·
Suhu
ruangan/ jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati
normal.
·
Dapat
membantu mengurangi demam, penggunaan es/alkohol mungkin menyebabkan
kedinginan. Selain itu alkohol dapat mengeringkan kulit.
·
Digunakan
untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.
|
4
|
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrien dalam
tubuh
|
· Anak menunjukkan Perfusi jaringan adekuat dengan TTV yang
stabil
|
· Pertahankan tirah baring bantu dengan aktivitas perawatan.
· Pantau terhadap kecenderungan tekanan darah, mencatat
perkembangan hipotensi dan perubahan pada tekanan nadi.
· Perhatikan kualitas, kekuatan dari denyut perifer.
· Kaji frukuensi pernafasan kedalaman dan kualitas.
Perhatikan dispnea berat.
· Berikan cairan secara parenteral.
|
· Menurunkan beban kerja miokard dan konsumsi oksigen,
memaksimalkan efektifitas dari perfusi jaringan.
· Hipotensi akan berkembang bersamaan dengan kuman yang
menyerang darah.
· Pada awal nadi cepat kuat karena peningkatan curah
jantung, nadi dapat lemah atau lambat karena hipotensi yang terus menerus,
penurunan curah jantung dan vaso kontriksi perifer.
· Peningkatan pernafasan terjadi sebagai respon terhadap
efek-efek langsung dari kuman pada pusat pernafasan. Pernafasan menjadi
dangkal bila terjadi insufisiensi pernafasan, menimbulkan resiko kegagalan
pernafasan akut.
· Untuk mempertahankan perfusi jaringan, sejumlah besar
cairan mungkin dibutuhkan untuk mendukung volume sirkulasi.
|
5
|
Kecemasan berhubungan dengan
perubahan status kesehatan.
|
· Keluarga dapat mendiskusikan kecemasannya
· Penggunaan koping keluarga yang efektif
|
·
Berikan
informasi pada keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap
kesembuhan anak.
·
Bantu
keluarga untuk berespon positif pada pada keadaan anak.
|
·
Keluarga
dapat mengetahui kondisi anak.
·
Meningkatkan
penurunan ansietas keluarga.
|
No comments:
Post a Comment