1.
Salah satu penyakit yang di
sebabkan oleh gangguan sistem endokrin adalah Insufisiensi adrenal ( Penyakit
Addison )
v Penyakit Addison adalah suatu kelainan endokrin atau
hormon yang terjadi pada semua kelompok umur dan menimpa pria – pria dan wanita
– wanita sama rata. Penyakit di karakteristikan oleh kehilangan berat badan,
kelemahan otot, kelelahan, tekanan darah rendah dan adakalanya penggelapan
kulit pada kedua – duanya yaitu bagian – bagian tubuh yang terbuka dan tidak
terbuka. (http:/www.total kesehatan nanda.com/Addison 4html)
v Penyakit Addison adalah terjadi bila fungsi
korteks adrenal tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan kebutuhan
hormon – hormon korteks adrenal (keperawatan medical bedah, bruner, dan
suddart edisi 8 hal 1325)
v Penyakit Addison adalah kekurangan partikal sekresi
hormon korteks adrenal. Keadaan seperti ini terlihat pada hipoado tironisme
yang hanya mengenal zona glomeruluna dan sakresi aldosteron pada sindrom
adrenogenetal dimana gangguan enzim menghambat sekresi steoid (Patofisiologi
Edisi 2 Hal 296)
2.
Tanda Dan gejala Penyakit
Addison
v Hipotensi
v Hiperpigmentasi
v Hipoglikemi
v Keringat dingin
v Gemetar
v Penurunan kesadaran
v Mual muntah
v Kelelahan
v Dehidrasi
v Cemas
v Bb menurun
v Kelemahan
v Anoreksia
3.
Penyimpangan KDM pada
penyakit Addison
v Hiperpigmentasi
Pigmentasi pada penyakit Addison disebabkan karena timbunan melanin pada kulit dan mukosa. Pigmentasijuga dapat terjadi pada penderita yang menggunakan kortikosteroid jangka panjang, karena timbul insufisiensiadrenal dengan akibat meningkatnya hormon adrenokortikotropik. Hormon adrenokortikotropik ini mempunyaiMSH-like effect. Pada penyakit Addison terdapat peningkatan kadar beta MSH dan hormon adrenokortikotropik.Tidak didapatkan hubungan antara beratnya penyakit Addison dengan luasnya pigmentasi. Pigmentasi ini sifatnya difus, terutama pada kulit yang mendapat tekanan (misalnya pinggang dan bahu), siku, jaringan parut, garis-garis telapak tangan dan ketiak. Pada daerah perianal, perivulva, skrotum dan areola mamma tampak lebihgelap. Pigmentasi pada mukosa sering tampak pada mukosa mulut yaitu pada bibir, gusi, lidah, faring,konjungtiva, vagina dan vulva.Pigmentasi didapatkan 100% pada penderita penyakit Addison. Thorn dan kawan-kawan melaporkan dari 158 kasus Addison seluruhnya didapatkan pigmentasi. Rowntree dan Snell melaporkan dari 108 kasus didapat 1 kasus tanpa pigmentasi. Penderita dengan kegagalan adrenokortikal sekunder karena hipopituitarisme tidak didapatkan gejala hiperpigmentasir.
Pigmentasi pada penyakit Addison disebabkan karena timbunan melanin pada kulit dan mukosa. Pigmentasijuga dapat terjadi pada penderita yang menggunakan kortikosteroid jangka panjang, karena timbul insufisiensiadrenal dengan akibat meningkatnya hormon adrenokortikotropik. Hormon adrenokortikotropik ini mempunyaiMSH-like effect. Pada penyakit Addison terdapat peningkatan kadar beta MSH dan hormon adrenokortikotropik.Tidak didapatkan hubungan antara beratnya penyakit Addison dengan luasnya pigmentasi. Pigmentasi ini sifatnya difus, terutama pada kulit yang mendapat tekanan (misalnya pinggang dan bahu), siku, jaringan parut, garis-garis telapak tangan dan ketiak. Pada daerah perianal, perivulva, skrotum dan areola mamma tampak lebihgelap. Pigmentasi pada mukosa sering tampak pada mukosa mulut yaitu pada bibir, gusi, lidah, faring,konjungtiva, vagina dan vulva.Pigmentasi didapatkan 100% pada penderita penyakit Addison. Thorn dan kawan-kawan melaporkan dari 158 kasus Addison seluruhnya didapatkan pigmentasi. Rowntree dan Snell melaporkan dari 108 kasus didapat 1 kasus tanpa pigmentasi. Penderita dengan kegagalan adrenokortikal sekunder karena hipopituitarisme tidak didapatkan gejala hiperpigmentasir.
v Sistem Kardiovaskuler
1) Hipotensi
Hipotensi
merupakan gejala dini dari penyakit Addison, di mana tekanan darah sistolik
biasanya antara 80–100 mmHg, sedang tekanan diastolik 50–60 mmHg. Mekanisme
penyebab terjadinya hipotensi ini diduga karena menurunnya salt hormon
yang mempunyai efek langsung pada tonus arteriol serta akibat gangguan
elektrolit. Reaksi tekanan darah terhadap perubahan sikap adalah abnormal, pada
perubahan posisi dari berbaring menjadi posisi tegak maka tekanan darah akan
menurun (posturalhipotensi) yang menimbulkan keluhan pusing, lemah,
penglihatan kabur, berdebar-debar .Hipotensi ini juga terdapat pada penderita
dengan atrofi korteks adrenal dengan medula yang intak, sehingga diduga bahwa
epinefrin bukan penyebab dari hipotensi ini. Tekanan darah akan kembali normal
setelah pemberian garam dan desoksikortikosteron yang meningkatkan tonus
vasomotor.
2) Jantung
Ukuran jantung
penderita Addison biasanya mengecil pada pemeriksaan radiologi, hal ini mungkin
karena penurunan volume darah sekunder akibat kehilangan air. Bertambah
besarnya ukuran jantung merupakan petunjuk berhasilnya pengobatan. Perubahan
elektrokardiografi biasanya tampak tapi tak mempunyai nilai diagnostik,
seringkali didapatkan voltase yang rendah, PR dan QT interval memanjang, oleh
karena kelainan degeneratif organik pada otot jantung serta akibat gangguan
elektrolit. Gejala lain adalah kelemahan kontraksi otot jantung, nadi kecil dan
sinkop.Akibat hiperkalemia dapat terjadi aritmia yang dapat menyebabkan
kematian mendadak.
v Kelemahan Badan
Kelemahan badan
ini disebabkan karena gangguan keseimbangan air dan elektrolit serta gangguan
metabolisme karbohidrat dan protein sehingga didapat kelemahan sampai paralisis
oto bergaris. Di samping itu, akibat metabolisme protein, terutam pada sel-sel
otot menyebabkan otot-otot bergaris atropi, bicaranya lemah. Gejala kelemahan
otot ini berkurang setelah pemberian cairan, garam serta kortikosteroid.
v Penurunan berat badan
Penurunan berat
badan biasanya berkisar antara 10–15 kg dalam waktu 6–12 bulan. Penurunan berat
badan ini karena adanya anoreksia, gangguan gastrointestinal lain, dehidrasi,
serta katabolisme protein yang meningkat pada jaringan ekstrahepatik, terutama
jaringan otot. Dengan pengobatan yang adekuat akan didapatkan kenaikan berat
badan.
v Kelainan gastrointestinal
Kelainan
gastrointestinal didapatkan pada 80% dari kasus Addison. Anoreksia
biasanya merupakan gejala yang mula-mula tampak, disertai perasaan mual dan
muntah, nyeri epigastrium, disfagia, konstipasi, kadang-kadang
dapat timbul diare. Cairan lambung biasanya menunjukkan
hipoklorhidria sampai aklorhidria. Ini karena rendahnya konsentrasi
klorida dan natrium dalam darah dan jaringan, sehingga produksi asam
klorida lambung menurun. Hipoklorhidria biasanya kembali normal bila
keseirnbangan elektrolit sudah diperbaiki.
v Gangguan elektrolit dan air
Penurunan
hormon aldosteron menyebabkan pengeluaran natrium, klorida dan air serta
retensi kalium. Sebagai akibat dari gangguan elektrolit ini terjadi dehidrasi,
hemokonsentrasi dan asidosis.
v Gangguan Metabolisme Karbohidrat
Akibat proses
glukoneogenesis yang menurun, penggunaan glukosa oleh jaringan yang meningkat
serta gangguan absorbsi karbohidrat pada usus halus, akan terjadi hipoglikemi
puasa, di mana kadar gula darah puasa. lebih rendah dari harga normal. Pada tes
toleransi glukosa oral didapat kenaikan kadar gula darah yang kurang adekuat,
yaitu menunjukkan kurve yang datar.
v Darah Tepi
Sel-sel darah
merah dan hemoglobin sedikit menurun dengan hemokonsentrasi. Jumlah sel darah
putih sedikit menurun dengan relatif limfositosis, eosinofil sedikit meningkat
Perubahan gambaran darah tepi di atas karena menurunnya hidrokortison. Gambaran
hematologi ini tak mempunyai arti yang khas untuk diagnostik.
v Gangguan Neurologi dan psikiatri
Manifestasi kelainan pada saraf
antara lain penglihatan kabur ngantuk, yang mungkin berhubungan dengan
kelemahan yang progresif, kadang-kadang penderita gelisah, mudah tersinggung
serta dapat timbul psikosis. Pada elektro-ensefalogram didapat gelombang alfa
lebih pelan terutama pada daerah frontalis, serta menghilangnya gelombang beta.
4. Masalah
Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan
v Masalah
Keperawatan:
Kekurangan volume cairan dan
elektrolit
Harga diri rendah
Kecemasan
Kelelahan
Penurunan curah jantung
v Diagnosa keperawatan
Addison
a. Kekurangan volume cairan dan elektrolit
berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit melalui ginjal.
b. Harga diri rendah berhubungan dengan
hyperpigmentasi
c. Ansietas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan dan
perubahan fungsi fisiologi
d. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi
energi metabolisme (kadar glucosa darah)
e. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung.
5.
Salah Satu Askep yang
sesuai dengan diagnosa di atas adalah sebagai berikut :
a. Diagnosa Keperawatan
“Kekurangan
Volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui ginjal / kelenjar
keringat, saluran gastrointestinal”
v Definisi
Kekurangan volume cairan : keadaan dimana seseorang
yang tidak makan dan minum peroral mempunyai resiko terjadinya dehidrasi
vaskuler, interstisial atau intraseluler.
v Batasan karekteristik.
- Mayor :
- Ketidakcukupan masukan
cairan peroral.
- Tidak adanya keseimbangan
antara asupan dan saluran.
- Membran mukosa / kulit
kering.
- Berat badan kurang.
- Minor :
- Meningkatnya natrium darah.
- Menurunnya saluran urine
atau saluran urine berlebihan.
- Sering berkemih.
- Turgor kulit menurun.
- Haus / mual/ anoreksia.
v Faktor faktor yang berhubungan.
- Situsional
Berhubungan dengan muntah / mual.
Berhubungan dengan menurunnya motivasi untuk minum,
sekunder terhadap keletihan dan depresi
- Berkurangnya asupan cairan
yang dengan
- Mual atau anoreksia,
keletihan
b. Intervensi Keperawatan
v Tujuan japen : kebutuhan cairan terpenuhi
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ± 4 jam
v Tujuan japan : klien dapat mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama ± 7 jam
v Kriteria hasil :
- Pengeluaran urin
adekuat (1 cc/kg BB/jam)
- TTV dbn N : 80 – 100 x/menit S : 36 – 37oC
TD : 120/80 mmHg
- Tekanan nadi perifer jelas kurang dari 3 detik
- Turgor kulit elastis
- Pengisian kapiler naik kurang dari 3 detik
- Membran mukosa lembab
- Warna kulit tidak pucat
- Rasa haus tidak ada
- BB ideal
v Intervensi
Rasionalisasi
·
Mandiri :
1) intervensi > Dapatkan riwayat dari pasien atau orang terdekat yang berhubungan dengan lama dan intensitas dari gejala yang muncul.
Rasionalisasi > Membantu memperkirakan volume
total cairan
2) intervensi > Pantau tanda vital, catat perubahan tekanan darah pada perubahan posisi, kekuatan dari nadi perifer
Rasionalisasi > Hipotensi postural merupakan
bagian hipovolemia akibat kekurangan hormon aldosteron dan penurunan curah
jantung sebagai akibat dari penurunan kortisol. Nadi mungkin melemah yang mudah
dapat hilang.
3) intervensi > Ukur dan timbang berat badan
setiap hari
Rasionalisasi > Memberikan perkiraan kebutuhan
akan penggantian volume cairan dan keefektifan pengobatan. Peningkatan berat
badan yang cepat disebabkan oleh adanya retensi cairan dan natrium yang berhubungan
dengan pengobatan steroid.
4) intervensi > Kaji pasien mengenai rasa haus,
kelelahan, nadi cepat, pengisian kapiler memanjang turgor kulit jelek, membran
mukosa kering. Catat warna kulit dan temperaturnya.
Rasionalisasi > Untuk mengindikasikan berlanjutnya
hipovolemia dan mempengaruhi kebutuhan volume pengganti.
5) intervensi > Periksa adanya perubahan dalam status mental dan sensori .
Rasionalisasi >
Dehidrasi berat menunjukkan curah jantung dan perfusi jaringan terutama
jaringan otak.
6) intervensi >
Auskultasi bising usus/peristaltik usus. Catat dan laporkan adanya mual,
muntah dan diare
Rasionalisasi >
Kerusakan fungsi saluran cerna dapat meningkatkan kehilangan cairan dan
elektrolit dan mempengaruhi cara untuk pemberian cairan dan nutrisi.
7) intervensi >
Berikan perawatan mulut secara teratur
Rasionalisasi > membantu menurunkan rasa tidak nyaman akibat
dari dehidrasi dan mempertahankan kerusakan membrane mukosa
8) intervensi > Berikan cairan oral diatas
300 cc/hr sesegera mungkin, sesuai dengan kemampuan.
Rasionalisasi > adanya
perbaikan pada saluran cerna dan kembalinya fungsi cairan cerna tersebut
memungkinkan cairan dana elektrolit melalui oral
·
Kolaborasi
1) intervensi > Berikan cairan, antara lain :
a) Cairan Na Cl 0,9 %
Rasionalisasi > mungkin kebutuhan cairan pengganti 4 – 6 liter, dengan
pemberian cairan Na Cl 0,9 % melalui IV 500 – 1000 ml/jam, dapat mengatasi
kekurangan natrium yang sudah terjad.
b) Larutan glukosa
Rasionalisasi > dapat menghilangkan hipovolemia
2) intervensi > Berikan obat sesuai dosis
a) Kartison (ortone) / hidrokartison (cortef) 100
mg intravena setiap 6 jam untuk 24 jam
Rasionalisasi > dapat mengganti kekurangan kartison dalam tubuh dan
meningkatkan reabsorbsi natrium sehingga dapat menurunkan kehilangan cairan dan
mempertahankan curah jantung
b) Mineral kartikoid, flu dokortisan,
deoksikortis 25 – 30 mg/hr peroral
Rasionalisasi > mulai setelah pemberian dosis hidrokortisol yang
tinggi yang telah mengakbatkan retensi garam berlebihan yang mengakibatkan
gangguan tekanan darah dan gangguan elektrolit
3) intervensi > Pasang / pertahankan kateter
urin dan selang NGT sesuai indikasi
Rasionalisasi > dapat menfasilitasi pengukuran haluaran dengan akurat
baik urin maupun lambung, berikan dekompresi lambung dan membatasi muntah
4) intervensi > Pantau hasil laborat
a) Hematokrit ( Ht)
Rasionalisasi > peningkatan
kadar Ht darah merupakan indikasi terjadinya hemokonsentrasi yang akan kembali
normal sesuai dengan terjadinya dehidrasi pada tubuh
b) Ureum / kreatin
Rasionalisasi > peningkatan kadar ureum dan kreatinin darah merupakan
indikasi terjadinya kerusakan tingkat sel karena dehidrasi / tanda serangan
gagal jantung
c) Natrium
Rasionalisasi > hiponatremia
merupakan indikasi kehilangan melalui urin yang berlebihan katena gangguan
reabsorbsi pada tubulus ginjal
d) Kalium
Rasionalisasi > penurunan
kadar aldosteron mengakibatkan penurunan natrium dan air sementara itu kalium
tertahan sehingga dapat menyebabkan hiperkalemia
v Kriteria Evaluasi Yang
Diharapkan:
Pasien menunjukkan adanya perbaikan keseimbangan
cairan, dengan kriteria : pengeluaran urine yang adekuat (batas normal),
tanda-tanda vital stabil, tekanan nadi parifer jelas, turgor kulit baik,
pengisian kapiler baik dan membran mukosa lembab/basah.
Referensi
1. Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa
YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.
2.
Corrigan EK . Addison`s Disease ; Family Health
Guide; 2006; available at : http://:www.medic8com/healthguide/articles/addisondis.html
3. Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made
Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.
4. Hospital
; New York School of Medicie ; New York City, 2003; avilable at:http://www.caresfoundation.org/news-letter/sping
03
5. Speiser
PW. Adrenal Krisis in : Pediatric Endocrinology.; Schhiner Children`s
No comments:
Post a Comment