A. Edukasi
B. Perencanaan Makan
C. Latihan Jasmani
D. Intervensi Farmakologi
A. Edukasi
Diabetes tipe II umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah terbentuk dengan kokoh. Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri membutuhkan partisipasi aktif pasien, keluarga, dan masyarakat. Tim kesehatan harus mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif, pengembangan keterampilan dan motivasi.
Edukasi tersebut meliputi pemahaman tentang:
·
Penyakit DM.
·
Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM.
·
Penyulit DM.
·
Intervensi farmakologis dan non farmakologis.
·
Hipoglikemia.
·
Masalah khusus yang dihadapi.
·
Perawatan kaki pada diabetes.
·
Cara pengembangan sistem pendukung dan pengajaran
keterampilan.
·
Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.
Edukasi secara individual atau pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah merupakan inti perubahan perilaku yang berhasil. Perubahan Perilaku hampir sama dengan proses edukasi yang memerlukan penilaian, perencanaan, implementasi, dokumentasi, dan evaluasi.
Masalah kaki yaitu borok di kaki dengan atau tanpa infeksi terlokalisasi atau menyerang seluruh kaki adalah dan kematian berbagai jaringan tubuh karena hilangnya suplai darah, infeksi bakteri, dan kerusakan jaringan sekitarnya merupakan masalah utama pada penderita diabetes.
Klasifikasi penyakit kaki pada penderita diabetes melitus :
·
Tingkat 0 : Risiko tinggi
mengalami penyakit kaki, belum ada borok.
·
Tingkat 1 : Borok permukaan
yang tidak terinfeksi.
·
Tingkat 2 : Borok lebih dalam,
sering dikaitkan dengan inflamasi jaringan.
·
Tingkat 3 : Borok dalam yang
melibatkan tulang dan formasi abscess.
·
Tingkat 4 : Kematian jaringan
tubuh terlokalisir, seperti di ibu jari kaki, bagian depan
kaki atau tumit.
·
Tingkat 5 : Kematian jaringan
tubuh pada seluruh kaki.
Untuk mendiagnosis dan menangani kerusakan saraf kaki dilakukan beberapa tes antara lain pengukuran:
a. Merasakan sentuhan ringan
b. Kepekaan pada suhu
c. Sensasi pada getaran
d. Efisiensi saraf untuk mengirim pesan ke dan dari otak
Resiko tinggi mengalami masalah kaki karena diabetes, yaitu :
·
Mengalami kerusakan saraf kaki.
·
Mempunyai penyakit pembuluh darah di kaki.
·
Pernah mepunyai borok di kaki.
·
Bentuk kaki berubah.
·
Adanya callus.
·
Buta atau penglihatan buruk , penyakit ginjal terutama
gagal ginjal kronis.
·
Para lansia, terutama yang hidup sendirian.
·
Orang-orang yang tidak bisa menjangkau kaki mereka
sendiri untuk membersihkannya.
·
Kontrol kadar gula darah yang buruk.
·
Berkurangnya indra perasa di kaki.
Petunjuk umum untuk mencegah borok kaki:
·
Periksa kaki anda setiap hari untuk mendeteksi adanya
borok sedini mungkin, apakah ada kulit retak, melepuh,bengkak, luka, atau
perdarahan.
·
Periksa sepatu anda baik bagian dalam ataupun luar
sebelum memakainya untuk mendeteksi batu atau benda sejenis lainnya yang
mungkin ada.
·
Pastikan kaki anda diukur setiap kali membeli alas
kaki yang baru.
·
Jauhkan kaki dari udara panas, air panas, dan
lain-lain.
·
Pakaikan alas kaki pelindung di dalam rumah dan
hindari berjalan tanpa alas kaki.
·
Pakai sepatu yang bertali dan cukup ruang untuk ibu
jari kaki.
·
Berikan pelembab pada daerah kaki yang kering , tetapi
tidak pada sela-sela jari.
·
Bersihkan kaki setizp hari, keringkan dengan handuk
termasuk sela-sela jari.
·
Segera ke dokter bila kaki luka atau berkurang rasa.
B. Perencanaan makanan
Biasanya pasien DM yang berusia lanjut terutama yang gemuk dapat dikendalikan hanya dengan pengaturan diet saja serta gerak badan ringan dan teratur.
Perencanaan makan merupakan salah satu pilar pengelolan diabetes, meski sampai saat ini tidak ada satu pun perencanaan makan yang sesuai untuk semua pasien. Perencanaan makan harus disesuaikan menurut kebiasaan masing-masing individu. Yang dimaksud dengan karbohidrat adalah gula, tepung, serat.
Faktor yang berpengaruh pada respon glikemik makanan adalah cara memasak, proses penyiapan makanan, dan bentuk makan serta komposisi makanan (karbohidrat, lemak, dan protein). Jumlah masukan kalori makanan yang berasal dari karbohidrat lebih penting daripada sumber atau macam karbohidratnya. Gula pasir sebagai bumbu masakan tetap diijinkan. Pada keadaan glukosa darah terkendali, masih diperbolehkan untuk mengkonsumsi sukrosa (gula pasir) sampai 5 % kebutuhan kalori.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi:
·
Karbohidrat 60 – 70 %
·
Protein
10 – 15 %
·
Lemak
20 – 25 %
Makanan dengan komposisi sampai 70 – 7 5 % masih memberikan hasil yang baik. Jumlah kandungan kolesterol disarankan < 300 mg/hari, diusahakan lemak berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh MUFA (Mono Unsurated Fatty Acid), dan membatasi PUFA (Poli Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak jenuh. Jumlah kandungan serat ± 25 g / hari, diutamakan serat larut.
Pemanis buatan dapat dipakai secukupnya. Pemanis buatan yang aman dan dapat diterima untuk digunakan pasien diabetes termasuk yang sedang hamil adalah: sakarin, aspartame, acesulfame, potassium, dan sukralose. Jumlah kalori disesuaikan dengan status gizi,umur , ada tidaknya stress akut, kegiatan jasmani. Untuk penentuan status gizi, dapat dipakai Indeks Massa tubuh (IMT) dan rumus Broca.
Indeks massa tubuh ( IMT ) dapat dihitung dengan rumus:
IMT = BB ( Kg ) / TB ( M2 )
·
IMT Normal Wanita = 18.5 – 23.5
·
IMT Normal Pria =
22.5 – 25
·
BB
kurang
= < 18.5
BB lebih
·
Dengan
resiko = 23.0- 24.9
·
Obes
I
= 2.5.0 - 29.9
·
Obes
II
= = 30.0
PENENTUAN KEBUTUHAN KALORI
Kalori Basal :
Laki-Laki : BB idaman ( kg ) X 30 kalori / kg = …………Kalori
Wanita : BB idaman ( kg ) X 25 kalori / kg = …………Kalori
Koreksi / Penyesuaian :
Umur > 40 tahun : - 5 % X Kalori basal = …………Kalori
Aktivitas Ringan : + 10 % X Kalori basal = ……………Kalori
Sedang : + 20 %
Berat : +30 %
BB Gemuk : - 20 % X Kalori basal = - / +…………Kalori
Lebih : -10 %
Kurang : 20 %
Stress metabolik :10 – 30 % X Kalori basal = + ……… Kalori
Hamil trimester I& II = + 300 Kalori
Hamiltrimester III / laktasi = + 500 Kalori
Total Kebutuhan = ……… Kalori
Sumber : PERKENI, Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2, 2002
Petunjuk Umum untuk Asupan Diet bagi Diabetes:
·
Hindari biskuit, cake, produk lain sebagai cemilan
pada waktu makan.
·
Minum air dalam jumlah banyak, susu skim dan
minuman berkalori rendah lainnya pada waktu makan.
·
Makanlah dengan waktu yang teratur.
·
Hindari makan makanan manis dan gorengan.
·
Tingkatkan asupan sayuran dua kali tiap makan.
·
Jadikan nasi, roti, kentang, atau sereal sebagai menu
utama setiap makan.
·
Minum air atau minuman bebas gula setiap anda haus.
·
Makanlah daging atau telor dengan porsi lebih kecil.
·
Makan kacang-kacangan dengan porsi lebih kecil.
C. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari – hari dan latihan jasmani teratur (3 – 4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes tipe II. Latihan jasmani dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitifitas terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dimaksud ialahjalan, bersepeda santai, jogging, berenang.
Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Kegiatan sehari – hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun tetap dilakukan tetap dilakukan. Batasi atau jangan terlalu lama melakukan kegiatan yang kurang gerak seperti menonton televisi.
Prinsip latihan jasmani yang dilakukan :
1.
Continous :
Latihan jasmani harus berkesinambungan dan dilakukan terus menerus tanpa berhenti. Contoh: Jogging 30 menit , maka pasien harus melakukannya selama 30 menit tanpa henti.
Latihan jasmani harus berkesinambungan dan dilakukan terus menerus tanpa berhenti. Contoh: Jogging 30 menit , maka pasien harus melakukannya selama 30 menit tanpa henti.
2.
Rhytmical :
Latihan olah raga dipilih yang berirama yaitu otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur, contoh berlari, berenang, jalan kaki.
Latihan olah raga dipilih yang berirama yaitu otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur, contoh berlari, berenang, jalan kaki.
3.
Interval :
Latihan dilakukan selang-seling antar gerak cepat dan lambat. Contoh: jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselangi jalan
Latihan dilakukan selang-seling antar gerak cepat dan lambat. Contoh: jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselangi jalan
4.
Progresive :
·
Latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan,
dari intensitas ringan sampi sedang selama mencapai 30 – 60 menit.
·
Sasaran HR = 75 – 85 % dari maksimal
HR.
·
Maksimal HR = 220 – (umur).
·
5. Endurance :
Latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi, seperti jalan jogging dan sebagainya.
Latihan dengan prinsip seperti di atas minimal dilakukan 3 hari dalam seminggu, sedang 2 hari yang lain dapat digunakan untuk melakukan olah raga kesenangannya.
Latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi, seperti jalan jogging dan sebagainya.
Latihan dengan prinsip seperti di atas minimal dilakukan 3 hari dalam seminggu, sedang 2 hari yang lain dapat digunakan untuk melakukan olah raga kesenangannya.
Modifikasi senam sederhana dapat diberikan kepada penderita DM Lansia, misalnya:
·
Menepuk kedua tangan di atas kepala kemudia di paha.
·
Secara bergantian menempatkan tangan di dada dan
dibelakang kepala.
·
Latihan meregangkan bagian atas dan bagian bawah
tubuh, leher, dan paha.
·
Membuat gerakan lingkaran dengan 2 lengan secara
paralel di depan badan.
Olah raga yang teratur memainkan peran yang sangat penting dalam menangani diabetes, manfaat – manfaat utamanya sebagai berikut:
·
Olah raga membantu membakar kalori karena dapat
mengurangi berat badan.
·
Olah raga teratur dapat meningkatkan jumlah reseptor
pada dinding sel tempat insulin bisa melekatkan diri.
·
Olah raga memperbaiki sirkulasi darah dan menguatkan
otot jantung.
·
Olah raga meningkatkan kadar kolesterol “baik” dan
mengurangi kadar kolesterol “jahat”
·
Olah raga teratur bisa membantu melepaskan kecemasan
stress, dan ketegangan, sehingga memberikan rasa sehat dan bugar.
PETUNJUK OLAH RAGA UNTUK DIABETES BERGANTUNG INSULIN
·
Monitor kadar glukosa darah sebelum dan sesudah
berolah raga
·
Hindari gula darah rendah dengan memakan karbohidrat
ekstra sebelum olah raga
·
Hindari olah raga berat selama reaksi puncak insulin
·
Lakukan suntikan insulin di tempat – tempat yang
tidak akan digunakan untuk berolah- raga aktif
·
Ikuti saran dokter untuk mengurangi dosis insulin
sebelum melakukan olah raga yang melelahkan atau lama
·
Glukosa darah bisa turun bahkan beberapa jam setelah
berolah raga karena itu sangat penting untuk memeriksa gula darah secara
periodic
PETUNJUK BEROLAH RAGA UNTUK DIABETES TIDAK BERGANTUNG INSULIN
·
Gula darah rendah jarang terjadi selama berola raga
dan arena itu tidak perlu untuk memakan karbohidrat ekstra
·
Olah raga untuk menurunkan berat badan perlu didukung
dengan pengurangan asupan kalori
·
Olah raga sedang perlu dilakukan setiap hari. Olah
raga berat mungkin bisa dilakukan tiga kali seminggu
·
Sangat penting untuk melakukan latihan ringan guna
pemanasan dan pendinginan sebelum dan sesudah berolah raga
·
Pilihlah olah raga yang paling sesuai dengan kesehatan
dan gaya hidup anda secara umum
·
Manfaat olah raga akan hilang jika tidak berolah raga
selama tiga hari berturut-turut
·
Olah raga bisa meningkatkan nafsu makan dan
berarti juga asupan kalori bertambah. Karena itu sangat penting bagi anda untuk
menghindari makan makanan ekstra setelah berolah raga.
·
Dosis obat telan untuk diabetes mungkin perlu
dikurangi selama olah raga teratur.
D. Intervensi Farmakologis
Apabila pengendalian diabetesnya tidak berhasil dengan pengaturan diet dan gerak badan barulah diberikan obat hipoglikemik oral. Di Indonesia umumnya OHO yang dipakai ialah Metformin 2 – 3 X 500 mg sehari.Pada pasien yang mempunyai berat badan sedang dipertimbangkan pemberian sulfonilurea.
Pedoman pemberian sulfonilurea pada DM usia lanjut :
·
Harus waspada akan timbulnya hipoglikemia. Ini
disebabkan karena metabolisme sulfonilurea lebih lambat pada usia lanjut, dan
seringkali pasien kurang nafsu makan, sering adanya gangguan fungsi ginjal dan
hati serta pengaruh interaksi sulfonilurea dengan obat-obatan lain.
·
Sebaiknya digunakan digunakan sulfonyl urea generasi
II yang mempunyai waktu paruh pendek dan metabolisme lebih cepat.
·
Jangan mempergunakan klorpropamid karena waktu
paruhnya sangat panjang serta sering ditemukan retensi air dan hiponatremi pada
penggunaan klorpropamid. Begitu pula bila ada komplikasi ginjal, klorpropamid
yang kerjanya 24 – 36 jam tidak boleh diberikan, oleh karena ekskresi obat
sangat berkaian dengan fungsi ginjal. Hipoglikemia akibat klorpamid dapat
berlangsung lama, berbeda dengan hipoglikemi karena tolbutamid.
·
Sulfonilurea dengan kerja sedang ( seperti
glibenklamid, glikasid), biasanya dosis awal setengah tablet sehari,
kalau perlu dapat dinaikkan 1 – 2 kali sehari.
·
Dosis oral pada umumnya bila dianggap perlu dapat
dinaikkan tiap 1 – 2 minggu. Untuk mencegah hipoglikemia pada pasien tua lebih
baik tidak memberikan dosis maksimum.
·
Kegagalan sekunder dapat terjadi setelah penggunan OHO
beberapa lama. Pada kasus sperti ini biasanya dapat dicoba kombinasi OHO dengan
insulin atau langsung diberikan insulin saja.