im exactly know... what im supose to be.....

Search This Blog

October 27, 2011

Inkontinensia feses


BAB 1
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa  yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya  sehingga penyusunan tugas makalah ini dapat diselesaikan.Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia Fakultas Kedokteran Program Studi Keperawatan dengan judul “Inkontinensia feses”.   
            Manusia merupakan salah satu makhluk hidup. Dikatakan sebagai makhluk hidup karena manusia memiliki ciri-ciri diantaranya: dapat bernafas, berkembangbiak, tumbuh, beradaptasi, memerlukan makan, dan megeluarkan sisa metabolisme tubuh (eliminasi). Setiap kegiatan yang dilakukan tubuh dikarenakan peranan masing-masing organ.
            Membuang urine dan alvi (feses) merupakan salah satu aktivitas pokok yang harus dilakukan oleh setiap manusia. Karena apabila eliminasi tidak dilakukan setiap manusia akan menimbulkan berbagai macam gangguan  atau masalah defekasi seperti konstipasi,impaksi, diare, inkontinensia feses, flatulen, hemoroid. Selain berbagai macam yang telah disebutkan diatas akan menimbulkan dampak pada system organ lainnya seperti: system pencernaan, ekskresi, dll.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses defekasi manusia antara lain usia,diet,asupan cairan,aktivitas,pengobatan gaya hidup,penyakit,nyeri,kerusakan sensoris dan motoris.
Saya mengucapkan terima kasih kepada segala pihak sehingga makalah ini dapat rangkum,Lebih khusus lagi kepada dosen pembimbing, Ns.Sisfiani Sarimin.Skep.SSIT terima kasih atas bimbingan dan petunjuknya sehingga pembuatan makalah ini bisa terarah.
Demikianlah makalah ini disusun semoga bermanfaat, agar dapat memenuhi tugas mata kuliah kebutuhan dasar manusia.
                       
B.  Tujuan Permasalahan
1) Mengetahui pengertian inkontinensia
2) Menjelaskan penyebab terjadinya masalah inkontinensia feses
3) Menjelaskan gejala dari inkontinensia feses
4) Menjelaskan diagnosis dan pengobatan dari akibat masalah inkontinensia feses


BAB II
PEMBAHASAN

            Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urine atau alvi (buangair besar). Kebutuhan eliminasi terdiri dari atas dua, yakni eliminasi urine (kebutuhan buang airkecil) dan eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar).

A. Pengertian
            Inkontinensia feses (alvi) adalah hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui sfingter anus akibat kerusakan fungsi sfingter atau persarafan di daerah anus.

B. Penyebab Inkontinensia Feses
·         Penyebab utama timbulnya inkontinensia feses adalah masalah sembelit, penggunaan pencahar yang berlebihan, gangguan saraf seperti demensia dan strok serta gangguan kolorektum seperti diare, neuropati diabetik, dan kerusakan sfingter rektum.
·         Penyebab inkontinensia feses dapat dibagi dalam 4 kelompok ( Brocklehurst dkk,1987, kane dkk,1989 ) adalah
Ø  Inkontinensia Feses Akibat Konstipasi
v  Obstipasi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan sumbatan/impaksi dari masa feses yang keras (skibala). Masa fese yang tidak dapat keluar ini akan menyumbat lumen bawah dari anus dan menyebabkan perubahan dari besarnya sudut ano rektal. Kemampuan sensor menumpul dan tidak dapat membedakan antara flatus, cairan atau feses. Akibatnya feses yang cair akan merebes keluar.
v  Skibala yang terjadi dapat juga menyebabkan iritasi pada mukosa rektum dan terjadi produksi cairan dan mukus, yang selanjutnya melalui sela-sela dari feses yang impaksi akan keluar dan terjadi inkontinensia feses.

Ø  Inkontinensia Feses Simtomatik
v  inkontinensia feses simtomatik dapat merupakan penampilan klinis dari macam-macam kelainan patologis yang dapat menyebabkan diare. Keadaan ini mungkin dipermudah dengan adanya perubahan berkaitan dengan bertambahnya usia dari proses kontrol yang rumit pada fungsi sfingter terhadap feses yang cair, dan gangguan pada saluran anus bagian atas dalam membedakan flatus dan feses yang cair.
v  Penyebab yang paling umum dari diare pada usia lanjut adalah obat-obatan antara lain yang mengandung unsur besi atau memang akibat obat pencahar

Ø  Inkontinensia Feses Akibat Gangguan Kontrol Persyarafan Dari Proses Defekasi (Inkontinensia Neurogenik)
inkontinensia neurogenik terjadi akibat gangguan fungsi menghambat dari korteks serebri saat terjadi regangan/distensi rektum. Proses normal dari defekasi melalui refleks gastro-kolon . Beberapa menit setelah makanan sampai di lambung,akan menyebabkan pergerakan feses dari kolon desenden ke arah rektum. Distensi rektum akan diikuti relaksasi sfingter interna. Dan seperti halnya kandung kemih, tidak terjadi kontraksi intrinsik dari rektum pada orang dewasa normal, karena adanya inhibisi atau hambatan dari pusat di korteks serebri.

Ø  Inkontinensia Feses Akibat Hilangnya Refleks Anal
v  inkontinensia feses terjadi akibat hilangnya refleks anal, disertai kelemahan otot-otot seran lintang.
v  Parks, Henry dan Swash dalam penelitiannya (seperti dikutip oleh Brocklehurst dkk,1987), menunjukkan berkurangnya unit-unit yang berfungsi motorik pada otot-otot daerah sfingter dan purbo rektal. Keadaan ini menyebabkan hilangnya refleksi anal, berkurangnya sensasi pada anus disertai menurunnya tonus anus. Hal ini dapat berakibat inkontinensia feses pada peningkatan tekanan intraabdomen dan prolaps dari rektum. Pengelolaan inkontinensia sebaliknya ini diserahkan pada ahli proktologi untuk pengobatannya.

Inkontinensia feses yang menetap bisa terjadi pada :
- Orang yang mengalami cedera anus atau urat saraf tulang belakang
- Prolapsus rektum (penonjolan lapisan rektum melalui anus)
- Pikun
- Cedera neurologis pada kencing manis
- Tumor anus
- Cedera di panggul karena persalinan.


C. Gejala
            Gejala bisa berupa merembesnya feses cair yang disertai dengan buang gas dari dubur atau penderita sama sekali tidak dapat mengendalikan keluarnya feses. Umumnya ,orang dewasa tidak mengalami “kecelakaan buang air besar” ini kecuali mungkin sesekali ketika terserang diare parah.Tapi itu tidak berlaku bagi orang yang mengalami inkontinensia tinja,kejadian BAB di celana itu berulang-ulang dan kronis.
Gejalanya antara lain :
·         Tidak dapat mengendalikan gas atau feses yang mungkin cair atau padat dari perut
·         Mungkin tidak sempat ke toilet untuk BAB
Bagi beberapa orang termasuk anak-anak inkontinensia tinja adalah masalah yang relative kecil,terbatas pada sesekali mengotori pakaian mereka.bagi yang lain,kondisi bisa menghancurkan lengkap karena kurangnya control usus.

D. Diagnosa dan Pengobatan
            1.Diagnosa
            Untuk menentukan diagnosis, dilakukan pemeriksaan terhadap kemungkinan adanya kelainan struktur maupun kelainan saraf yang bisa menyebabkan keadaan ini.
Termasuk di dalamnya adalah :
- Pemeriksaan anus dan rektum
- Memeriksa tingkat sensasi di sekeliling lubang anus
- Pemeriksaan sigmoidoiskopi.
Mungkin juga diperlukan pemeriksaan fungsi saraf dan lapisan otot-otot pelvis.

      2.   Pengobatan
            Langkah pertama untuk memperbaiki keadaan ini adalah berusaha untuk memiliki kebiasaan defekasi (buang air besar) yang teratur, yang akan menghasilkan bentuk tinja yang normal.
            Melakukan perubahan pola makan, berupa penambahan jumlah serat. Jika hal-hal tersebut diatas tidak membantu, diberikan obat yang memperlambat kontraksi usus, misalnya loperamid.
            Melatih otot-otot anus (sfingter) akan meningkatkan ketegangan dan kekuatannya dan membantu mencegah kekambuhan.
            Dengan biofeedback, penderita kembali melatih sfingternya dan meningkatkan kepekaan rektum terhadap keberadaan tinja.
            Jika keadaan ini menetap, pembedahan dapat membantu proses penyembuhan. Misalnya jika penyebabnya adalah cedera pada anus atau kelainan anatomi di anus.
            Pilihan terakhir adalah kolostomi, yaitu pembuatan lubang di dinding perut yang dihubungkan dengan usus besar. Anus ditutup (dijahit) dan penderita membuang tinjanya ke dalam kantong plastik yang ditempelkan pada lubang tersebut.










BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN


a)      Kesimpulan
            Inkontinensia feses yang merupakan hilangnya kemampuan otot dalam mengontrol pengeluaran feses yang melalui sfinkter anus akibat kerusakan sfinkter. Berbagai penyebab inkontinensia feses kebanyakan dipicu karena kerusakan sfinkter  dan obat-obatan yang mengandung unsur besi. Gejala yang dihasilkan umumnya berupa merembesnya feses cair disertai dengan buang gas dari dubur. Pemeriksaan dapat dilihat pada kelainan struktur dan kelainan saraf. Pengobatan tergantung penyebab inkontinensia, dapat mencakup perubahan pola makan, obat-obatan & latihan khusus yang membantu untuk lebih mengontrol perut atau pembedahan.

b)      Saran 
Agar supaya terhindar dari masalah defekasi seperti inkontinensia feses, sebaiknya mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat seperti buah-buahan dan sayuran. Selain itu tingkatkan pula pola hidup sehat dan olahraga yang teratur serta hindari penggunaan obat – obat pencahar.


No comments:

Post a Comment